Budaya Bosai Jadi Tameng Jepang Hadapi Bencana, di Indonesia Kadang Warga Masih Selfie

Budaya Bosai Jadi Tameng Jepang Hadapi Bencana, di Indonesia Kadang Warga Masih Selfie

Budaya Bosai membuat Jepang sigap hadapi bencana, sementara Indonesia masih terkendala respons daerah dan perilaku warga di lapangan.-Foto: The Nippon Foundation-

Selain itu Jepang tidak selalu bergantung pada pemerintah pusat. Mereka memiliki asosiasi antarkota yang saling membantu seperti aglomerasi yang bekerja tanpa banyak bicara. “Satu hal di Jepang yang beda itu, tidak selalu mengandalkan pusat. Karena mereka memiliki asosiasi antar-kota yang berdekatan. Seperti aglomerasi dan mereka saling dukung,” lanjutnya.

BACA JUGA:Bupati Ardito Diciduk KPK, Bahlil Bilang Belum Tahu Apa-apa

Harkunti juga menekankan pentingnya koordinasi agar spontanitas warga atau lembaga usaha tidak justru menambah keruwetan di lokasi bencana. “Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harusnya betul-betul hand in hand menyalurkan semua bantuan. Tapi sekarang yang saya lihat, memang bagus ya ada masyarakat ke sana. Tapi kalau untuk selfie-selfie, tentu menghabiskan tempat,” kata dia. “Tolong, harusnya fokus hanya untuk respons, menolong saudara-saudara kita. Jadi tidak untuk kepentingan golongan maupun kelompok,” tambahnya.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf menyatakan pemerintah pusat dan daerah terus bekerja menyalurkan bantuan bagi korban banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Presiden Prabowo Subianto turun memantau langsung dan memberi instruksi kepada Panglima TNI, Kapolri, Kepala BNPB, dan para kepala daerah agar seluruh tahap penanganan darurat dipercepat.

“Presiden memerintahkan Menteri Kesehatan untuk melakukan langkah-langkah ya, didukung oleh Kementerian Pertahanan bagaimana mencukupi kebutuhan-kebutuhan tenaga medis di titik-titik yang memang dibutuhkan, baik itu di rumah sakit maupun di fasilitas kesehatan yang lain seperti di puskesmas dan juga di tempat-tempat pengungsian,” kata Gus Ipul.

Ia mengakui bahwa penanganan di Indonesia menghadapi medan berat, akses terputus, dan titik terdampak yang tersebar. Beberapa wilayah bahkan terisolasi sehingga hanya bisa ditembus dengan alat berat atau tim teknis terlatih.

Meski begitu distribusi logistik terus bergerak lewat jalur darat, laut, dan udara. Kementerian Sosial mengerahkan buffer stock dari provinsi hingga lumbung sosial desa. Makanan siap saji, tenda, kasur, pakaian, serta 39 dapur umum dan dapur mandiri bekerja memasok lebih dari 420 ribu porsi per hari.

BACA JUGA:Putin Bilang Rusia Siap Bantu Nuklir, Prabowo Balas dengan Ajakan Main ke Indonesia

Lebih dari 600 Tagana diterjunkan untuk mengelola dapur umum, konsolidasi logistik, sampai layanan psikososial. Kebutuhan perempuan, anak, dan lansia juga dipastikan menjadi prioritas, mulai dari pembalut, popok hingga bantuan spesifik lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share