Niat Sehat Malah Lewat? Hati-hati, Lari Marathon Bisa Jadi 'Pembunuh' Kalau Kamu Ngeyel Soal Ini!
Jogging sehat 1200-ISTIMEWA (AI)-
POSTINGNEWS.ID --- Hype Lari dan Jebakan "No Pain No Gain"!
Zaman now, lari bukan cuma soal olahraga, tapi udah jadi gaya hidup dan ajang eksistensi. Buka Instagram dikit, isinya screenshot rute lari dari aplikasi, foto medali, sampai outfit kece di Car Free Day (CFD). Emang sih, sensasi finish dengan Personal Best (PB) baru itu bikin nagih. Adrenalin yang memuncak bikin kita merasa jadi manusia paling sehat sedunia.
Tapi, di balik gemerlap konten "anak lari" itu, ada bahaya mengintai yang sering dianggap remeh: EGO. Banyak pelari, entah pemula atau yang ngakunya pro, terjebak dalam mentalitas push the limit yang kebablasan. Niatnya mau sehat dan bakar kalori, eh ujung-ujungnya malah bisa "lewat" alias kolaps di tengah jalan. Kok bisa? Karena kita sering lebih dengerin gengsi daripada jeritan tubuh sendiri.
Sinyal Halus yang Sering Di-skip Tubuh manusia itu mesin yang super canggih, Sob. Sebelum dia shut down alias pingsan, dia pasti ngirim sinyal peringatan atau notifikasi "SOS". Masalahnya, kita sering pura-pura budek atau nggak peka karena terlalu fokus ngejar pace atau jarak kilometer tertentu.
BACA JUGA:Puan dan AHY Pamer Keakraban Usai Lari Pagi, Anies Dapat Ucapan Terima Kasih: 'Anda Berhasil...'
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga dari Siloam Hospitals TB Simatupang, dr. Bernadette Laura SpKO, ngasih wejangan keras nih. Kunci lari yang aman itu bukan seberapa mahal sepatu lo, tapi seberapa jago lo menerapkan prinsip listen to your body.
Menurut dr. Laura, tubuh bakal ngasih kode-kode unik kalau dia udah mulai overheat atau nggak stabil. Salah satu indikator paling gampang dicek adalah detak jantung (heart rate). Kalau biasanya lo lari dengan pace segitu detak jantungnya aman, tapi tiba-tiba hari ini jantung rasanya mau copot alias jedag-jedug nggak karuan, itu red flag!
Selain itu, cek juga keringat lo. Kalau keringat keluar berlebihan nggak kayak biasanya (banjir banget), padahal cuaca atau intensitas lari lagi standar aja, itu tanda tubuh lagi teriak minta istirahat. dr. Laura bilang, kondisi ini sering disertai perasaan cemas atau anxiety yang aneh. Kalau udah gini, opsinya cuma satu: STOP. Jangan nawar!
BACA JUGA:Bertemu Usai Lari Pagi, Ini Permintaan AHY ke Puan: 'Mbak, Boleh Ya Saya...'
Jangan Tunggu Kliyengan Baru Minggir
Seringkali pelari mikir, "Ah, nanggung dikit lagi finish." Padahal, dada udah mulai terasa sesak atau tertekan. Ini fatal banget, Bro. dr. Laura menegaskan kalau gejala kayak dada sakit, pusing mendadak (kliyengan), sampai hilang keseimbangan itu bukan tantangan yang harus ditaklukkan, tapi tanda bahaya level dewa.
Memaksakan diri lari saat keseimbangan udah goyah itu sama aja nyari penyakit. Risiko cedera otot atau sendi itu pasti, tapi yang lebih ngeri adalah risiko serangan jantung atau sudden cardiac arrest. Jadi, kalau tubuh udah ngasih sinyal "nggak enak", langsung menepi. Minggir dulu, atur napas. Jangan malu buat DNF (Did Not Finish) daripada harus diangkut ambulans.
Kalau gejalanya nggak ilang setelah istirahat, segera cari pertolongan medis. Lebih baik parno di awal daripada nyesel belakangan. Ingat, garis finish itu nggak bakal lari ke mana-mana, tapi nyawa nggak ada cadangannya.
BACA JUGA:Tak Hanya Lari Pagi, Ini 5 Manfaat Luar Biasa Lari Sore untuk Kesehatan Anda!
Wajib "Service" Sebelum Balapan
Buat kamu yang lagi hype banget daftar event lari besar kayak Marathon atau Half Marathon, persiapan fisik bukan cuma soal latihan lari doang. dr. Laura mengingatkan kalau event Marathon itu masuk kategori olahraga risiko tinggi (high risk).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News