Memahami Motivasi Pasukan Suka Repot di Banjir Sumatera yang Tak Pernah Lelah
Mengulas motivasi dan ketahanan relawan di Banjir Sumatera serta dinamika psikologis yang membuat mereka terus bergerak tanpa lelah.-Foto: Antara-
Relawan yang efektif menurut Montano adalah mereka yang upayanya benar-benar menjawab kebutuhan komunitas, tidak melakukan pekerjaan yang saling tumpang tindih, dan tetap bekerja dalam batas aman.
BACA JUGA:Minta Dapur MBG Stop Pakai Tepung, Cak Imin: Jangan Ketergantungan Barang Impor
Namun di lapangan, isu yang paling sering muncul adalah burnout. Kelelahan emosional yang menumpuk dari hari ke hari ini sudah jadi penyakit kronis di organisasi nirlaba maupun manajemen kebencanaan. Untuk mencegahnya, Montano menganjurkan para relawan, terutama yang terjun rutin, untuk belajar berhenti sejenak.
“Kenali batas Anda dan ketahui kapan waktunya bagi Anda untuk mundur sejenak,” tuturnya. Ini termasuk menyediakan waktu khusus untuk memproses beban emosional yang mereka serap dari medan bencana.
Di sisi organisasi, Montano menyarankan agar teknik pencegahan burnout dimasukkan sejak tahap desain program. Misalnya, mewajibkan relawan yang bekerja berminggu-minggu nonstop untuk mengambil satu hari istirahat tiap pekan, atau memberi ruang bagi aktivitas yang menyegarkan pikiran.
Pada 2016, melalui wawancaranya dengan koordinator relawan dari sebuah organisasi besar, Montano menemukan pola yang ia sebut sebagai volunteer fatigue atau disaster fatigue. Relawan semakin susah dicari. Saking banyaknya bencana—Badai Matthew, banjir Baton Rouge, hingga banjir Texas tenggara—stok tenaga bantuan seolah habis.
BACA JUGA:Soal Bantuan China ke Aceh, Menhan: Itu Bukan Bantuan Asing, Cuma Urusan Personal
Ironisnya, kondisi itu terjadi sebelum Amerika Serikat dihantam rangkaian bencana lain seperti Badai Harvey, Irma, Maria, dan kebakaran hutan di California pada tahun berikutnya.
Montano menutup penjelasannya dengan semacam alarm. Ia mengingatkan bahwa bencana kini tidak menunjukkan tanda-tanda ingin istirahat. Dengan buku terbarunya tentang bencana dan perubahan iklim yang siap terbit, ia menegaskan perlunya organisasi dan relawan menyiapkan tenaga, strategi, dan napas panjang untuk menghadapi tantangan yang tak kunjung reda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News