Minta Dapur MBG Stop Pakai Tepung, Cak Imin: Jangan Ketergantungan Barang Impor

Minta Dapur MBG Stop Pakai Tepung, Cak Imin: Jangan Ketergantungan Barang Impor

Cak Imin meminta dapur MBG berhenti memakai tepung agar tidak bergantung impor dan mendorong penggunaan bahan pangan lokal di seluruh SPPG.-Foto: Antara-

JAKARTA, PostingNews.id — Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar kembali menepuk meja persoalan dapur makan bergizi gratis atau MBG. Kali ini yang jadi sasaran ialah tepung, bahan yang menurutnya terlalu dipuja sampai-sampai dapur SPPG lupa kalau barang itu kebanyakan numpang lewat kapal dari luar negeri. Imbauannya terdengar santai, tapi maksudnya jelas, yakni jangan lagi tepung dijadikan jagoan menu MBG.

Menurut Muhaimin, atau yang lebih dikenal sebagai Cak Imin, banyak dapur yang bahkan tidak sadar kalau tepung yang mereka beli di warung itu sejatinya barang impor. “Tidak boleh lagi pakai impor. Masih banyak yang menggunakan tepung, mereka enggak tahu tepung itu impor. Karbohidrat bisa diciptakan dari produk lokal masing-masing,” ujarnya usai menghadiri penganugerahan SPPG Inspiradaya 2025 di Jakarta Timur, Selasa 10 Desember 2025.

Sebagai Ketua Umum PKB, Cak Imin menggarisbawahi bahwa tahun depan pemerintah bakal menarik rem tangan untuk penggunaan bahan pangan impor dalam program Makan Bergizi Gratis. 

Seluruh bahan yang dipakai harus dari dalam negeri dan sebisa mungkin dibeli dari masyarakat sekitar dapur. Ia menyebut langkah itu bukan hanya soal kemandirian pangan tapi juga cara menjaga uang negara tetap berputar di desa-desa.

BACA JUGA:Soal Bencana Sumatera, KIKA Sebut Pemerintah Terjebak Politik Anti-Sains

Cak Imin menambahkan dapur SPPG tak perlu bingung mencari alternatif. Menurut dia, pilihan karbohidrat lokal sebenarnya melimpah asal para pengelola mau sedikit repot dan berimajinasi soal menu.

“Setahun ini dianggap sebagai penyesuaian, oke. Tapi tolong ke depannya dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada satupun bahan impor di dalam pelaksanaan program makanan bergizi gratis,” kata dia.

Untuk memperkuat kampanye bahan lokal itu, Cak Imin mencontohkan beberapa dapur yang sudah sukses beradaptasi. Ia menyebut Papua dan Maluku sebagai dua wilayah yang tidak pusing urusan tepung karena sejak awal mengandalkan bahan pangan yang memang tumbuh di tanah mereka.

“Papua menggunakan berbagai produktif yaitu sagu. Maluku dari singkong. Bahkan kebutuhan susu diganti dengan beberapa inovasi yang cepat melalui penciptaan inovasi makanan pengganti,” ujarnya.

BACA JUGA:Soal Bantuan China ke Aceh, Menhan: Itu Bukan Bantuan Asing, Cuma Urusan Personal

Program Makan Bergizi Gratis sendiri diluncurkan 6 Januari lalu sebagai salah satu prioritas Presiden Prabowo Subianto. Hingga akhir November 2025, program ini tercatat telah menjangkau 47,2 juta penerima manfaat dengan dukungan sekitar 16 ribu dapur. Angkanya besar, tapi masih jauh dari target awal yang dipasang pemerintah yakni 30 ribu dapur hingga Desember 2025.

Sementara itu, di lapangan, para pengelola dapur kini mulai menghitung-hitung ulang daftar belanja. Soal tepung, tampaknya mereka harus siap move-on. Menurut Cak Imin, masa adaptasi sudah hampir habis dan tahun depan semua dapur wajib memutar otak dengan bahan pangan lokal, bukan yang dikirim kapal dari seberang laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share