Menimbang Kemampuan Tim Khusus China yang Masuk ke Medan Lumpur Aceh

Menimbang Kemampuan Tim Khusus China yang Masuk ke Medan Lumpur Aceh

Tim khusus China diterjunkan ke Aceh untuk mempercepat pencarian korban di medan lumpur ekstrem. Kolaborasi ini diharapkan mempercepat operasi penyelamatan.-Foto: IG @inside.idn-

JAKARTA, PostingNews.id — Gubernur Aceh Muzakir Manaf atau Mualem tampaknya memilih jalan pintas yang dianggap paling cepat ketimbang menunggu birokrasi yang jalannya sering lebih pelan dari truk pasir mogok. Ia mengundang tim khusus dari China yang sudah kenyang pengalaman mengendus korban bencana di medan yang serbasusah.

Kedatangan tim ini bukan sekadar pamer teknologi negeri tirai bambu. Situasi di Aceh memang jauh lebih rumit dibanding sekadar lumpur selutut. Di banyak titik, lumpurnya sudah setinggi pinggang orang dewasa. 

Menurut Mualem, teknologi tim China dibutuhkan agar pencarian tidak lagi bergantung pada doa dan cangkul belaka. “Tim tersebut memiliki alat yang dapat mendeteksi mayat dalam lumpur sehingga mempercepat proses pemulihan bencana,” ujarnya.

Tim yang datang berjumlah lima orang. Mereka mendarat di Aceh pada Jumat 5 Desember 2025 dan langsung diterjunkan ke titik-titik tersulit, terutama pesisir timur Aceh seperti Aceh Timur, Aceh Utara, dan Aceh Tamiang. Mereka bekerja berdampingan dengan tim SAR lokal yang sejak hari pertama sudah berjibaku di medan yang makin mirip adonan semen.

BACA JUGA:Soal Bencana Sumatera, KIKA Sebut Pemerintah Terjebak Politik Anti-Sains

Meski langkah Mualem ini dinilai cepat, urusan prosedur tetap mengetuk pintu Senayan. Wakil Ketua Komisi I DPR Dave Laksono berkomentar bahwa Komisi I akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri agar bantuan internasional tetap sejalan aturan. Menurut Dave, setiap bentuk kehadiran pihak asing di wilayah Indonesia harus dicermati dengan seksama dan dikaitkan dengan koordinasi pemerintah pusat.

Terlepas dari riak politik ini, keadaan di lapangan berbicara lebih lantang. Lumpur di banyak wilayah bukan tanah basah biasa, melainkan campuran tanah liat dan batuan yang keras seperti kerak kue gosong. Cangkul dan sekop hanya menambah capek. Alat berat pun sering terperosok dan berputar-putar tanpa hasil.

Beberapa titik justru menunjukkan lumpur yang sudah mengeras sehingga memerlukan teknologi pemetaan bawah tanah yang presisi. Sementara itu, para relawan lokal bekerja siang malam tetapi esensinya tetap sama. Medannya kelewat buruk untuk diserahkan sepenuhnya pada tenaga manual.

Tim dari China menawarkan keahlian yang sudah ditempa di berbagai bencana besar di negaranya. Mereka pernah turun dalam penanganan gempa Sichuan pada 2008 serta longsor dan banjir bandang di Gansu pada 2010. Pengalaman itu membuat mereka terbiasa bekerja di medan yang material tanahnya gampang berubah, licin, dan rawan ambles.

BACA JUGA:Kemendagri Bersiap Sidang Bupati Aceh Selatan yang Kabur ke Mekkah saat Banjir Melanda

China memang punya sejarah panjang menghadapi bencana dengan korban dalam jumlah besar. Setelah dua musibah besar tadi, pemerintahnya menambah investasi pada perangkat deteksi bawah tanah dan membentuk unit teknis untuk mempelajari pola pergerakan material pascabencana. 

Dalam satu dekade terakhir, mereka mengembangkan peralatan pemetaan gelombang elektromagnetik untuk melacak korban hilang. Mereka juga membuat algoritma yang bisa membaca pola anomali pada pantulan sinyal radar agar pencarian lebih cepat dan tidak meraba-raba.

Dalam berbagai peristiwa gempa dan longsor, tim SAR China kerap berhasil menemukan korban di kedalaman yang tidak mungkin digapai alat berat. Mereka menggabungkan pemindaian bawah permukaan dengan penggalian perlahan sesuai karakter tanah. Keberhasilan inilah yang membuat Pemerintah Provinsi Aceh memutuskan untuk memanggil mereka.

Setidaknya ada dua teknologi utama yang mereka bawa. Pertama, radar UWB yang bisa mendeteksi gerakan napas atau detak jantung korban yang masih hidup. Namun karena fokus pencarian saat ini lebih banyak pada jenazah, UWB tidak terlalu efektif. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share