Untuk Pertama Kalinya Mikroplastik Ditemukan di Perut Primata, Pelakunya Monyet Howler Merah
Peneliti menemukan mikroplastik di perut monyet howler merah di Amazon, menjadi bukti pertama kontaminasi mikroplastik pada primata liar.-Foto: Rainforest Action Network-
JAKARTA, PostingNews.id — Urusan mikroplastik rupanya bukan cuma perkara sampah mengambang di sungai kota. Riset yang dikutip dalam laporan Forest Digest terbaru menunjukkan partikel mungil ini sudah naik kelas sampai ke perut penghuni hutan Amazon. Temuan ilmiah itu bahkan menyebut mikroplastik hadir dalam sistem pencernaan monyet howler merah yang hidup di kawasan lindung. Ini menjadi bukti pertama bahwa primata pohon pun tak bebas dari serbuan polusi plastik.
Monyet howler merah, atau yang dikenal sebagai guaribas atau bugios, tinggal di cagar alam Mamirauá dan Amanã di negara bagian Amazonas, Brasil. Dalam evaluasi terhadap 47 ekor Monyet howler merah Jurua (Alouatta juara), peneliti menemukan filamen mikroplastik berwarna hijau berukuran kurang dari 5 milimeter di dalam perut dua individu. Partikelnya kecil, tapi dampaknya besar: menandai bahwa mikroplastik bisa menyelinap ke tubuh satwa yang bahkan tidak bersentuhan langsung dengan lingkungan manusia.
Menariknya, tidak ada hewan yang sengaja dibunuh demi kebutuhan penelitian. Para ilmuwan memanfaatkan bangkai monyet yang diserahkan pemburu melalui kerja sama dengan komunitas lokal. Metode ini memungkinkan tim mempelajari organ dalam monyet howler merah tanpa menambah korban baru atas nama sains.
Perut-perut monyet yang masih utuh lalu dibawa ke laboratorium dan diperiksa dengan pengawasan ketat. Dari sanalah terungkap bahwa dua ekor monyet telah menelan filamen plastik yang baru bisa terlihat di bawah mikroskop. Keduanya merupakan monyet yang diburu pada 2015, tetapi baru dianalisis kemudian sebagai bagian dari kajian jangka panjang.
BACA JUGA:Saat Krisis Iklim Menggila, Keanekaragaman Hayati Jadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Secara persentase hanya sekitar 4 persen monyet yang ditemukan mengonsumsi mikroplastik. Namun para peneliti menyebut angka ini mengejutkan karena monyet howler merah hidup hampir seluruhnya di kanopi hutan. Pakan mereka adalah daun dan buah, bukan ikan atau biota yang lazim tercemar plastik. Artinya, jalur paparan mereka tidak semestinya berkaitan dengan rantai makanan yang terkontaminasi plastik.
Lebih jauh lagi, monyet ini hidup di wilayah yang dilindungi. Daerah itu bukan tempat mudah ditemukannya sampah manusia. Peneliti menduga paparan bisa terjadi melalui air sungai yang tercemar atau sisa-sisa plastik seperti jaring ikan yang terbawa banjir lalu tersangkut di pepohonan.
Temuan tersebut selaras dengan tinjauan sebelumnya yang dilakukan Institut Mamirauá. Laporan itu mengungkapkan adanya kontaminasi plastik pada ikan, kura-kura, manatee, dan burung, bahkan pada air sungai dan sedimen tanah di Amazon. Namun, belum pernah ditemukan bukti bahwa monyet yang hidup di atas pohon ikut terdampak. Penelitian terbaru ini menunjukkan bahwa limbah plastik sudah mencapai sudut-sudut ekosistem yang bahkan sukar dijangkau manusia.
Fenomena mikroplastik tidak berhenti di Amazon. Peneliti Swiss dan Hong Kong juga mencatat temuan serupa pada satwa liar yang hidup jauh dari lingkungan urban. Di Swiss, mikroplastik ditemukan pada feses rusa, babi hutan, kelinci liar, chamois, rubah, luak, hingga serigala. Dalam dua sampel feses babi hutan di Valais dan Bern, jumlah partikel yang terdeteksi mencapai lebih dari 600 partikel per gram. Pada feses serigala di Graubünden ditemukan tujuh partikel per gram, sementara feses rusa di Zurich mengandung empat partikel per gram.
BACA JUGA:Pemerintah Janji 1,4 Juta Hektare Hutan Adat, tapi Tanah Ulayat Tetap Dicaplok Proyek Raksasa
Di Hong Kong, analisis feses hewan liar mengungkap paparan mikroplastik pada lima spesies, yaitu kerbau, sapi, landak, babi hutan, dan monyet. Dari 100 sampel yang diuji, 85 persen mengandung mikroplastik dengan total 2.503 partikel. Angka ini mengindikasikan bahwa polusi mikroplastik kini merambah kehidupan satwa pedesaan, bukan hanya yang hidup dekat area perkotaan.
Bahkan hewan yang hidup di pulau terpencil Antartika pun tidak luput. Studi oleh peneliti Italia dan Irlandia menemukan mikroplastik dalam usus Cryptopygus antarcticus, invertebrata kecil yang hidup di kawasan terpencil Benua Putih. Temuan itu diperoleh setelah menguji 18 individu di Pulau King George dan memeriksa mereka dengan spektroskopi inframerah. Ini menjadi bukti lapangan pertama bahwa hewan darat di Antartika pun ikut tercemar plastik.
Kisah ini bukan dimulai hari ini. Catatan pertama soal satwa menelan plastik muncul tahun 1966 ketika peneliti menemukan tutup wadah plastik dan mainan dalam perut seekor albatros yang mati. Kini, berdasarkan tinjauan oleh Kühn dan van Franeker, lebih dari 700 spesies satwa mulai dari burung laut, ikan, penyu, hingga mamalia laut telah tercatat menelan plastik.
Dengan temuan-temuan terbaru ini, daftar tersebut tampaknya masih akan bertambah. Dunia satwa yang dulu dianggap jauh dari jangkauan polusi manusia ternyata sudah terhubung oleh satu benang merah yang sama. Namanya mikroplastik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News