Hutan Hilang, Satwa Kian Terdesak, Kita Masih Berpikir Itu Sekadar Pohon Tumbang di Sumatera
Deforestasi di Sumatera mengusir satwa liar dari habitatnya, memicu konflik dan menggerus ekosistem yang jadi penyangga kehidupan.-Foto: Dok. Mongabay Indonesia-
Kementerian Kehutanan merilis pemantauan tutupan hutan terbaru menggunakan citra satelit Landsat milik Badan Riset dan Inovasi Nasional. Pada 2024 Indonesia memiliki 95,5 juta hektare hutan atau sekitar separuh daratan negara ini, sebagian besar masih berada dalam kawasan hutan.
Namun kehilangan hutan tetap terjadi. Deforestasi netto 2024 mencapai 175,4 ribu hektare, bersumber dari deforestasi bruto 216,2 ribu hektare yang mayoritas terjadi di hutan sekunder. Sebanyak 69 persen kehilangan hutan terjadi dalam kawasan yang sebenarnya dilindungi oleh status administratif.
BACA JUGA:Tak Terima Disuruh Taubat Nasuha soal Banjir Sumatera, Bahlil: Cak Imin Juga Harus Taubat
Untuk mengurangi laju kerusakan, pemerintah menjalankan program Rehabilitasi Hutan dan Lahan seluas 217,9 ribu hektare pada 2024. Selama satu dekade terakhir rata-rata rehabilitasi mencapai 230 ribu hektare per tahun. Program ini membantu memperluas agroforestry dan memulihkan sebagian hutan sekunder yang terdegradasi.
Namun memperlambat laju kehilangan hutan saja tidak cukup. Perlindungan satwa liar baru akan efektif jika pemerintah, masyarakat, akademisi, dan industri berjalan dalam satu arah. Strategi konservasi tidak bisa berdiri sendiri tanpa kebijakan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
Jika perubahan besar tidak segera dilakukan, satwa liar Indonesia akan kehilangan rumah lebih cepat dari kemampuan kita memulihkannya. Dan ketika habitat pergi, bangsa ini kehilangan lebih dari sekadar pepohonan. Kita kehilangan masa depan alam Indonesia itu sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News