Puan Semprot Kepala BNPB Soal Komentar Banjir Sumatera yang Dianggap Cuma Mencekam di Medsos
Puan Maharani menegur Kepala BNPB Suharyanto soal komentar banjir Sumatera yang dianggap meremehkan kondisi korban.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Ketua DPR Puan Maharani memberi catatan pedas tapi tetap formal kepada Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto yang sempat menilai kehebohan banjir dan longsor di Sumatera cuma terlihat “mencekam” di jagat medsos. Di tengah bencana besar yang masih berlangsung, komentar semacam itu terdengar seperti mengusap luka pakai amplas.
Puan meminta sang Kepala Badan agar lebih memilih sikap empati ketimbang analisis yang tak membantu, apalagi kalau berpotensi memancing amarah publik. Kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu, 3 Desember 2025, ia menegaskan bahwa pejabat publik tidak perlu mempersulit suasana dengan pernyataan yang salah urus.
"Saat ini lebih baik kita bisa berempati, lebih baik daripada kemudian... Jangan memberikan komentar yang tidak seharusnya diberikan," ujar Puan.
Dalam pandangannya, musibah tidak mengenal lokasi dan tidak mengenal ukuran. Bahkan kejadian kecil pun bisa meruntuhkan hari para korban. Karena itu, menurut Puan, yang dibutuhkan bukanlah pembelaan diri lewat kalimat optimistis yang tidak tepat tempat, melainkan tindakan konkret.
BACA JUGA:Dari Karung Beras sampai Rompi Taktis, Gaya Pejabat di Lokasi Banjir Sudah Seperti Sinetron
"Sekecil apapun yang terjadi, tentu saja ada korban yang memang mengalami hal yang tidak mengenakan. Jadi sebaik-baiknya apa yang bisa dilakukan sebaik-baiknya kita perlu berikan bantuan," imbuhnya.
Di lapangan, aparat BNPB memang tengah berjibaku memperbaiki akses dan logistik. Namun, komentar sang Kepala Badan beberapa hari sebelumnya terlanjur menjadi sorotan. Pada Jumat, 28 November 2025, Suharyanto menepis kesan bahwa situasi di Sumatera separah yang beredar di medsos.
“Memang kemarin kelihatannya mencekam karena berseliweran di media sosial, tetapi begitu kami tiba langsung di lokasi, banyak daerah yang sudah tidak hujan. Yang paling serius memang Tapanuli Tengah, tetapi wilayah lain relatif membaik,” kata Suharyanto dalam konferensi pers.
Masalahnya, informasi di lapangan bergerak lebih cepat daripada narasi di podium. Korban terus bertambah, sementara sejumlah titik bencana justru menunjukkan kondisi yang makin memprihatinkan. Publik yang sedang menunggu kepastian malah merasa dibenturkan dengan pernyataan yang tidak selaras dengan kenyataan.
BACA JUGA:Di Tengah Lumpur Banjir Sumatera, Prabowo ke Para Korban: Suka Enggak Kalau Maling Negara Saya Sikat?
Dua hari setelah pernyataannya menjadi bola panas, Suharyanto akhirnya meralat sekaligus menyampaikan maaf. Kondisi Tapanuli Selatan yang ternyata jauh lebih parah membuatnya mengakui bahwa penilaiannya keliru.
“Nah, Tapsel ini saya surprise begitu ya, saya tidak mengira sebesar ini. Saya mohon maaf, Pak Bupati,” ujar Suharyanto saat meninjau lokasi terdampak, dikutip dari siaran Kompas TV.
Permohonan maaf itu menjadi penutup sementara dari kegaduhan yang timbul gara-gara beda persepsi antara papan informasi daring dan kenyataan yang becek di lapangan. Namun bagi publik, evaluasinya jelas. Banjir bisa datang tiba-tiba, tapi ucapan pejabat semestinya tidak ikut deras menambah masalah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News