Dari Karung Beras sampai Rompi Taktis, Gaya Pejabat di Lokasi Banjir Sudah Seperti Sinetron
Pejabat ramai bergaya di lokasi banjir Sumatera, dari karung beras hingga rompi taktis, menuai kritik publik soal pencitraan di tengah bencana.-Foto: Dokumentasi TV PAN-
JAKARTA, PostingNews.id – Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah kembali mengingatkan watak lama para pejabat yang muncul setiap kali bencana datang. Menurutnya, beberapa politikus dan pejabat pemerintah seakan menjadikan banjir serta longsor di Sumatera sebagai panggung pertunjukan keliling. Di tengah lumpur yang masih belum kering, ekspresi simpati itu terasa seperti busana yang bisa dipakai dan dilepas sesuka hati.
“Mereka sering lupa jika apa yang dialami masyarakat adalah imbas dari kerja mereka yang buruk,” kata Dedi dalam keterangannya kepada wartawan pada Rabu, 3 Desember 2025.
Bagi Dedi, apa yang terlihat sekarang bukan hal baru. Setiap musim bencana, sejumlah elite tampil ke lapangan dengan gaya yang tampak peduli sekaligus cocok untuk kamera. Bantuan diberi, pose diambil, dan hasil akhirnya sering berupa peningkatan popularitas, bukan peningkatan empati. Ia menyebut pola ini sebagai tradisi yang tak sehat. Para pejabat mestinya menggunakan momentum bencana untuk mengevaluasi kebijakan dan memperbaiki kondisi alam yang terus rusak.
Sebelumnya dunia maya ramai oleh rekaman yang memperlihatkan pejabat dan politikus sibuk membagikan bantuan di wilayah banjir dan longsor Sumatera. Dari cara berjalan sampai cara memanggul sembako, semuanya beraroma pencitraan.
BACA JUGA:Gus Yahya Pasang Kuda-kuda, Siap Seret Kisruh PBNU ke Meja Hukum
Yang paling mencolok adalah Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan. Dalam sebuah video, Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu tampak memanggul satu karung beras untuk warga terdampak banjir di Koto Panjang Ikur Koto, Padang, Sumatera Barat, pada Ahad, 1 Desember 2025. Video yang diunggah di YouTube PAN TV dan Instagram @zul.hasan itu memperlihatkan ia berjalan sambil menyapa masyarakat. “Assalamualaikum, ibu. Ibu rumahnya di mana?” kata Zulkifli di video tersebut.
Setelah menurunkan karung beras itu, Zulkifli terlihat mengambil sekop dan ikut membersihkan lumpur di salah satu rumah warga. Ia berbincang dengan warga, lalu menyampaikan bahwa pemerintah telah menginstruksikan Bulog menggandakan pasokan logistik hingga dua kali lipat.
Video berdurasi satu menit 58 detik itu langsung viral. Warganet mempertanyakan apakah aksi itu murni bantuan atau lebih cocok disebut konten. Beberapa komentar bahkan menduga aksi ini tak lain upaya menutupi persoalan lama di hulu, terutama pembalakan liar di tiga provinsi tempat banjir dan longsor terjadi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Tidak sedikit yang mengingatkan bahwa Zulkifli adalah mantan Menteri Kehutanan periode 2009–2014.
Hingga berita ini selesai disusun, Zulkifli belum menjawab permintaan konfirmasi wartawan mengenai tudingan tersebut. Dalam sebuah podcast di kanal YouTube Denny Sumargo pada Selasa, 2 Desember 2025, Zulkifli menjelaskan bahwa kebijakan pembukaan lahan saat ia menjabat Menhut bertujuan memenuhi kebutuhan nasional, termasuk pangan bagi lebih dari 280 juta warga.
BACA JUGA:Banjir Sumatera Menggila, Pemerintah Masih Main Rahasia-rahasiaan Kenapa Tak Ditetapkan Jadi Bencana Nasional
Nama lain yang ikut terseret dalam sorotan adalah anggota DPR Verrell Bramasta. Ia mengunjungi korban banjir bandang di Padang pada Ahad, 30 November 2025. Foto-fotonya saat berada di lokasi bencana beredar cepat dan memancing komentar warganet karena ia mengenakan rompi yang dianggap menyerupai rompi antipeluru.

Verrell buru-buru merespons kritik tersebut. Ia menegaskan bahwa rompi itu bukan rompi antipeluru. “Itu tactical vest biasa untuk kegiatan lapangan. Bukan rompi antipeluru seperti yang ramai disebut,” kata Verrell pada Senin, 1 Desember 2025.
Dedi Kurnia Syah menilai seharusnya pejabat pemerintah maupun anggota DPR menyalurkan bantuan melalui posko bencana tanpa perlu aksi teatrikal. Tidak perlu adegan-adegan yang tak ada hubungannya dengan fungsi jabatan. Yang lebih penting, katanya, adalah pembenahan akar persoalan.
Ia juga menyinggung Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni serta para menteri kehutanan terdahulu, termasuk Zulkifli Hasan. Kerusakan lingkungan yang menyebabkan banjir bandang dan longsor, menurut Dedi, tak bisa dilepaskan dari tanggung jawab para penjaga hutan negeri ini di masa lalu maupun sekarang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News