Muhammadiyah Kembali Gunakan Wayang Untuk Berdakwah
Museum Wayang-Istimewa-
POSTINGNEWS.ID - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah memperkenalkan pendekatan baru dalam dakwahnya dengan menjadikan seni pewayangan sebagai representasi nilai-nilai Islam dan Rukun Islam.
Inovasi ini diwujudkan melalui pementasan lakon “Amarto Binangun” di LPP RRI Semarang.
Ketua PWM Jawa Tengah, Dr. KH. Tafsir, M.Ag., menjelaskan bahwa seni tradisi dapat menjadi media efektif dalam menyampaikan pesan Al-Qur’an kepada masyarakat.
BACA JUGA:Pasca Ledakan SMAN 72 Pemerintah Bakal Batasi Game Online
“Bagi Muhammadiyah, wayang adalah alat dakwah, alat berkomunikasi, dan promosi visi kami,” ujarnya.
Pendekatan ini menegaskan bahwa Muhammadiyah tidak berjarak dengan budaya lokal.
Justru, organisasi Islam modernis itu menempatkan budaya sebagai sarana membumikan ajaran Islam di tengah masyarakat Jawa yang lekat dengan tradisi wayang.
KH. Tafsir menegaskan, prinsip dakwah ini sejalan dengan ajaran Islam untuk menjaga tradisi baik dan mengambil hal baru yang lebih bermanfaat (al-Muhafazhah ‘alal Qadimish Shalih wal Akhdu bil Jadidil Ashlah).
BACA JUGA:Setelah Kasus Mahar Cek Palsu, Mbah Tarman Kini Jualan Bakso di Wonogiri
Prinsip itu menjadikan Muhammadiyah tetap adaptif tanpa kehilangan identitas keislamannya.
Strategi dakwah kultural ini juga menekankan konsep “wayang sebagai tuntunan, bukan sekadar tontonan”. Dalam pagelaran tersebut, dalang Ki Ketut Budiman berhasil menyisipkan ayat-ayat Al-Qur’an secara halus di tengah dialog tokoh pewayangan.
“Dengan cara ini, siapa pun penontonnya akan ‘mendengar’ isi Qur’an tanpa merasa digurui,” tambah Tafsir. Metode tersebut terbukti efektif menarik minat masyarakat lintas usia dan latar belakang budaya.
Ketua Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) PWM Jateng, Dr. H. KRAT. AM. Jumai, menambahkan bahwa simbol-simbol dalam pewayangan memiliki kesesuaian dengan ajaran tauhid.
BACA JUGA:Polrestabes Makassar Berhasil Temukan Balita Hilang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News