Benarkah Projo Sudah Tak Pro-Jokowi? Begini Cerita Budi Arie
Benarkah Projo menjauh dari Jokowi Imbas perubahan logo dan sinyal gabung Gerindra Budi Arie jelaskan posisi organisasi dan rencana politiknya.-Foto: Antara-
Dalam rekaman video yang ditayangkan di pembukaan kongres, Jokowi terdengar tenang menyampaikan rasa terima kasihnya. “Saya menyampaikan salam hangat untuk seluruh keluarga besar relawan Projo. Terima kasih atas semangat dan dedikasi yang terus dijaga dalam mendukung arah pembangunan bangsa,” kata Jokowi. Pesan itu menjadi momen simbolik di tengah dinamika baru Projo yang kini semakin dekat dengan Presiden Prabowo Subianto.
BACA JUGA:Budi Arie Akui Mau Gabung ke Gerindra, Dasco: Kami Pertimbangkan
Namun, Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi buru-buru menepis anggapan bahwa organisasinya kini berjarak dengan Jokowi. Di depan awak media, ia menegaskan tidak ada upaya menjauhkan diri dari mantan presiden yang menjadi figur pendiri semangat Projo. “Saya ingin menjelaskan kepada teman-teman media sekalian karena dari perkembangan berita ini seolah-olah disampaikan terkesan Projo putus hubungan dengan Pak Jokowi, jangan diframing. Projo ini lahir karena ada Pak Jokowi,” ujar Budi Arie.
Ia menegaskan bahwa keberadaan Projo lahir dari kebutuhan akan kepemimpinan rakyat yang diwujudkan dalam sosok Jokowi. “Projo lahir karena perlunya pemimpin rakyat bernama Jokowi. Maka Projo lahir karena memang bangsa Indonesia memerlukan pemimpin seperti Jokowi,” katanya. Budi bahkan menegaskan, hubungan mereka tetap terjaga. “Karena saya mendapat berita dari berbagai media kok ada yang bilang Projo pisah dari Pak Jokowi. Ini luar biasa sekali framing adu dombanya. Tadi pagi saya masih komunikasi dengan Pak Jokowi, kok,” ucapnya menegaskan.
Di sisi lain, para pengamat politik menilai tanda-tanda “pisah halus” antara Budi Arie dan Jokowi justru makin terlihat. Dosen ilmu politik dari UIN Jakarta, Adi Prayitno, membeberkan tiga indikasi perubahan haluan politik itu. Pertama, Budi Arie memilih bergabung dengan Partai Gerindra alih-alih PSI yang identik dengan Jokowi. “Padahal PSI identik dengan Jokowi. Apalagi ketumnya Kaesang, putra Jokowi,” ujar Adi dalam pernyataan tertulisnya.
Kedua, langkah Projo yang menghapus wajah Jokowi dari logo organisasi dianggap sebagai simbol pergeseran arah. Selama ini, kata Adi, wajah Jokowi selalu menjadi kebanggaan dan identitas visual utama relawan tersebut. Ketiga, Budi Arie secara terbuka menyebut bahwa nama Projo bukan singkatan dari Pro-Jokowi, melainkan berarti “negeri” atau “rakyat”. “Padahal selama ini Projo itu Pro-Jokowi,” ujar Adi.
BACA JUGA:Raja Surakarta Pakubuwono XIII Tutup Usia, Masyarakat Jawa Berduka
Senada dengan itu, Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menilai langkah Budi Arie merapat ke Gerindra adalah strategi politik agar tetap bertahan di panggung nasional. “Agar Budi Arie tetap relevan dan strategis dalam panggung politik nasional,” kata Agung. Ia menyebut keputusan itu bernuansa pragmatis, mengingat Gerindra kini menjadi partai penguasa.
Menurut Agung, langkah tersebut merupakan bentuk kalkulasi politik realistis dari seorang mantan menteri yang kini kehilangan posisi dan perlindungan kekuasaan. “Apalagi Budi Arie saat ini butuh partai politik baru setelah Joko Widodo tak lagi menjadi presiden. Sehingga kepentingan personal dan institusional ketemu dalam satu waktu,” ujar Agung.
Kehadiran video Jokowi di tengah kongres yang diwarnai arah baru Projo memperlihatkan dinamika politik yang unik. Di satu sisi, relawan berusaha menjaga citra loyalitas terhadap sang mantan presiden. Namun di sisi lain, gelombang politik baru tampak mulai menuntun mereka berlayar ke pelabuhan yang berbeda.
Projo Resmi “All In” ke Prabowo
Kongres III Projo yang digelar di Hotel Grand Sahid, Jakarta, akhirnya mengukuhkan kembali Budi Arie Setiadi sebagai Ketua Umum untuk periode 2025–2030. Keputusan itu diambil secara aklamasi dalam sidang pleno pada 2 November 2025. “Menetapkan Budi Arie Setiadi sebagai Ketua Umum Projo 2025–2030 dan sebagai ketua formatur menyusun kepengurusan dewan pimpinan pusat Projo periode 2025–2030,” ujar Ketua Pimpinan Sidang Kongres Projo III, Freddy Damanik, saat membacakan hasil sidang.
Freddy sempat mengajukan pertanyaan kepada peserta kongres sebanyak tiga kali untuk memastikan keputusan tersebut disetujui bersama. Jawabannya bulat. Para peserta menjawab dengan lantang, “Sepakat!” menandakan tidak ada perdebatan dalam penetapan Budi Arie sebagai ketua umum.
BACA JUGA:Gibran Mau Pesantren Cetak Santri Ahli AI, Katanya Akhlak Perlu Teman Teknologi
Selain memilih ketua, kongres juga melahirkan lima resolusi penting yang menegaskan arah politik baru Projo. Dalam laporan Freddy, hasil sidang komisi politik menetapkan komitmen untuk mendukung dan memperkuat pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, memperkuat agenda politik Presiden Prabowo hingga Pilpres 2029, melakukan transformasi organisasi, mendorong politik persatuan nasional, serta membantu pemerintah mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Budi Arie, usai terpilih, menegaskan rencananya bergabung ke Partai Gerindra masih dalam tahap menunggu restu resmi dari partai yang kini berkuasa. “Kan saya baru minta izin. Diizinin enggak sama yang bergabung ke Partai Gerindra? Kan kita belum bergabung. Saya baru mau masuk, baru mau masuk,” ujarnya sambil tersenyum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News