Bahlil ke Pembuat Meme Demokrasi Boleh Tapi Jangan Nyindir Sampai Rasis
Bahlil Lahadalia minta kebebasan berekspresi dihormati namun mengingatkan jangan melewati batas etika hingga menyinggung ras dan penampilan pribadi.-Foto: IG @bahlillahadalia-
JAKARTA, PostingNews.id – Menteri ESDM Bahlil Lahadalia minta masyarakat dan pembuat meme agak mikir ulang soal etika saat menyampaikan pendapat di ruang publik. Menurutnya, dalam negara demokrasi kebebasan berekspresi itu wajar, tapi ada batasnya yang harus dihormati agar tak merendahkan martabat orang lain.
“Kalau sudah ke hal yang nggak mendidik, mbok saran saya, demokrasi sih demokrasi. Tapi kita harus juga tahu standar etika demokrasi kita,” kata Bahlil di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat 24 Oktober 2025.
Ia menekankan hinaan yang menyerang penampilan atau ras seseorang jelas tak elok. Indonesia itu negara majemuk dengan ragam suku dan warna kulit, jadi menyerang fisik atau asal-usul orang sama saja merusak tatanan kebangsaan.
“Apa urusannya dengan pribadi masing-masing? Karena saya kulit, kulit saya hitam, mungkin tubuh saya yang tidak terlalu tinggi, terus apakah enggak boleh gitu, loh?” ucap Bahlil.
BACA JUGA:Jaksa Bilang Silfester Masih Dicari, Padahal Putusan Hukum Sudah Inkrah Sejak 2019
Bahlil lalu mengajak pembuat meme untuk membayangkan saudara-saudara di daerah lain sebelum bercanda dengan cara yang bisa menyakitkan. Ia menyebutkan Papua, Maluku, Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur sebagai contoh bahwa Indonesia adalah rumah bersama.
“Terus bagaimana dengan saudara-saudara kita di Papua, di Maluku, di Kalimantan, di NTT? Kan kita pikir Indonesia ini kan satu kesatuan yang utuh,” imbuh dia.
Dalam nada yang agak menyejukkan, Bahlil mengingatkan bahwa kecantikan atau tinggi badan bukan ukuran kecerdasan dan kemuliaan seseorang. Menurutnya hanya Tuhan yang berhak menilai martabat manusia, sehingga kita tidak boleh melewati batas dalam menilai sesama.
“Belum tentu orang ganteng itu cerdas pikirannya. Belum tentu orang yang tidak sempurna tubuhnya itu jelek pikirannya. Yang bisa membedakan kemuliaan orang, manusia di muka bumi, hanyalah dia dengan Tuhan. Kita enggak boleh menilai, melebihi batas kemampuan kita,” jelas Bahlil.
BACA JUGA:Bahlil ke Kader Golkar: Sudah Lah, Meme Doang Tak Usah Dibawa ke Polisi
Meski kata-kata di meme itu sudah menyentuh ranah pribadi dan bahkan bernada rasis, Bahlil memilih memaafkan. Ia berkisah singkat soal masa kecilnya yang keras sebagai anak kampung dan anak buruh, sebagai alasan mengapa hinaan tidak mudah menggoyahkannya.
“Biarlah Allah yang akan melakukan itu semua. Dan saya maafkan, kok. Biarlah Allah, saya doakan Allah berikan kesadaran semuanya untuk saudara-saudara saya yang mungkin salah berpikir. Semoga mereka kembali kepada jalan Siratal Mustaqim,” tandas Bahlil.
Kasus meme ini sempat memancing aksi dari sayap-sayap Golkar yang melaporkan puluhan akun ke kepolisian. Namun pernyataan Bahlil yang meminta agar laporannya tidak diperpanjang memberi sinyal meredam eskalasi. Intinya, kritik kebijakan boleh saja, tapi jangan sampai berubah jadi serangan personal yang merusak rasa kebersamaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News