Negara Diminta Perhatikan Kaum Disabilitas Yang Terpinggirkan dari Layanan Publik

Negara Diminta Perhatikan Kaum Disabilitas Yang Terpinggirkan dari Layanan Publik

Disabilitas-freepik-Freepik

POSTINGNEWS.ID — Merespons demonstrasi besar yang terjadi pada akhir Agustus lalu, The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) bersama Silang.id menyoroti pentingnya konsistensi negara dalam menegakkan demokrasi sekaligus urgensi inklusivitas dalam gerakan sosial.

Salah satu concern utama yang diangkat adalah keterbatasan akses informasi bagi komunitas tuli, yang membuat banyak di antara mereka tertinggal dalam arus informasi publik.

Christina Clarissa Intania, Peneliti Bidang Hukum TII, menekankan bahwa generasi muda perlu lebih peka terhadap kondisi sosial yang terjadi di sekitar mereka.

“Selain itu, sebagai peneliti, tugas kami adalah menyajikan informasi berbasis data sehingga perdebatan publik tidak hanya emosional, tetapi juga memiliki landasan bukti yang dapat diakses dan dipahami oleh semua, termasuk kawan-kawan tuli,” ujar Christina.

Lebih lanjut, Christina mengkritisi ketidakkonsistenan negara dalam menjamin demokrasi.

“Di satu sisi negara berbicara soal demokrasi, tapi di sisi lain masih ada aktivis ditangkap, identitas pers diambil, dan pembatasan ruang berekspresi. Tanpa konsistensi, demokrasi hanya akan berhenti pada slogan,” tegasnya.

Menurutnya, komitmen negara untuk menegakkan demokrasi tidak bisa setengah hati, tetapi harus dibarengi dengan perlindungan terhadap kebebasan sipil dan ruang partisipasi publik, termasuk untuk kawan-kawan tuli dan kelompok rentan lainnya.

Sementara itu, Bagja Prawira dari Silang.id menyoroti inklusivitas gerakan sosial bagi komunitas tuli. Ia menjelaskan bahwa keterbatasan akses informasi masih menjadi hambatan besar.

“Teman-teman tuli bahasa ibunya bukan Bahasa Indonesia. Jadi ketika kemarin ada demo dan ramai di media sosial, banyak yang telat tahu bahkan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini harusnya jadi perhatian agar gerakan sosial benar-benar inklusif,” jelas Bagja melalui juru bahasa isyarat.

Pernyataan ini menegaskan bahwa perjuangan demokrasi tidak bisa dilepaskan dari upaya menciptakan ruang gerakan yang adil dan setara. Inklusivitas bagi kelompok rentan, seperti komunitas tuli, merupakan bagian integral dari demokrasi itu sendiri.

TII bersama Silang.id menyerukan agar pemerintah, media, dan organisasi masyarakat sipil berkolaborasi dalam membangun ekosistem demokrasi yang konsisten, transparan, dan inklusif—bukan hanya sekadar simbolis, tetapi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh seluruh lapisan masyarakat.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News