Teriakan 17+8 Belum Padam, BEM dan Buruh Bersiap Strategi Panjang

Teriakan 17+8 Belum Padam, BEM dan Buruh Bersiap Strategi Panjang

Tuntutan 17+8 belum selesai. BEM SI dan buruh kini merancang strategi panjang untuk menekan pemerintah, DPR, TNI, dan Polri.-Foto: IG @storyrakyat_-

JAKARTA, PostingNews.id – Gelombang demonstrasi yang membakar Jakarta dan daerah-daerah sejak 25 Agustus lalu kini memasuki fase baru. Setelah seminggu penuh jalanan dipenuhi teriakan “17+8 Tuntutan Rakyat”, para motor penggeraknya mulai mengatur ulang strategi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) Jabodetabek-Banten sedang berkonsolidasi menentukan langkah selanjutnya. Ketua BEM SI Jabodetabek-Banten, Muhammad Afif Rahreza, mengatakan diskusi internal masih berlangsung. “Kami konsolodiasi terlebih dahulu, nanti akan disampaikan langkahnya apa,” ujarnya lewat pesan tertulis pada Ahad, 7 September 2025.

Nada serupa datang dari Universitas Indonesia. Ketua BEM UI versi kuning, Zayyid Sulthan Rahman, mengaku pihaknya juga belum mengambil keputusan pasti. Ia menegaskan BEM UI masih memikirkan arah perjuangan usai demonstrasi besar akhir Agustus.

Sebelumnya, gelombang unjuk rasa bermula dari penolakan terhadap tunjangan DPR yang dianggap kelewat mewah.

BACA JUGA:Prabowo Bicara 14 Jam di Hambalang dengan Pimpinan Media, dari Demo Ricuh sampai Ronda Warga

Namun bara protes berubah jadi kobaran besar setelah tragedi 28 Agustus, ketika kendaraan taktis Brimob melindas pengemudi ojek online, Affan Kurniawan, di Tanah Abang. Affan tewas saat sedang mengantarkan pesanan, dan dari situ kemarahan publik kian sulit dibendung.

Gelombang protes meluas ke berbagai kota, melibatkan mahasiswa, buruh, hingga masyarakat sipil. Puncaknya pada 3 September, ratusan perempuan turut meramaikan demonstrasi di depan DPR.

Mereka membawa poster bertuliskan “17+8 Tuntutan Rakyat” dengan simbol merah muda dan hijau. Merah muda menggambarkan keberanian seorang ibu bersuara lantang dalam demo tersebut, sedangkan hijau melambangkan pengorbanan Affan, sang pengemudi ojol yang mati dilindas rantis.

Kini semua mata tertuju pada “17+8”. Mahasiswa, buruh, dan masyarakat menanti apakah pemerintah, DPR, Polri, dan TNI benar-benar memenuhi janji.

BACA JUGA:Sahroni Beri Pintu Maaf, Janji Tak Tempuh Jalur Hukum Asal Barang Jarahan Dikembalikan

Tenggat untuk 17 tuntutan jangka pendek sudah jatuh pada 5 September. Sementara 8 tuntutan jangka panjang masih diberi waktu satu tahun.

Dari Demo ke Situs Pantau

Gerakan tak berhenti di jalan. Komunitas sipil memanfaatkan internet untuk mengawal janji. Situs bijakmemantau.id menampilkan detail 25 tuntutan, dengan kategori: baru dimulai, mundur, belum digubris, hingga kawal terus. Ada juga situs lain: rakyatmenuntut.net, indonesiademands.com, tuntutanrakyat.space.

Media sosial memperluas ruang kontrol: semua orang bisa ikut menilai apakah eksekutif dan legislatif betul-betul kerja atau sekadar manuver. Dari sini, unjuk rasa bergeser menjadi gerakan demokrasi digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News