Blak-Blakan di Forum G20, Jokowi Tagih Duit 100 Miliar US Dolar ke Amerika Cs

Blak-Blakan di Forum G20, Jokowi Tagih Duit 100 Miliar US Dolar ke Amerika Cs

Jokowi hadiri KTT G20 di India.--Youtube/Sekretariat Presiden

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), kembali menagih komitmen dukungan pendanaan dari negara-negara maju untuk mendukung transisi energi hijau di negara-negara berkembang.
 
Pernyataan itu ia sampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang diadakan di New Delhi, India, pada Sabtu (9/9) kemarin.
 
Menurut Jokowi, komitmen pendanaan yang diumumkan oleh negara-negara maju masih sebatas retorika dan belum diwujudkan dalam tindakan nyata.
 
"Komitmen pendanaan negara maju masih sebatas retorika dan di atas kertas,” tegas Jokowi.
 
 
Termasuk dalam komitmen tersebut adalah pendanaan terkait perubahan iklim sebesar USD 100 miliar per tahun dan fasilitas pendanaan untuk mengatasi kerugian dan kerusakan akibat perubahan iklim.
 
Jokowi menyatakan bahwa negara-negara berkembang sangat membutuhkan dukungan finansial dari negara-negara maju untuk membangun infrastruktur dan ekosistem energi terbarukan.
 
"Kami (negara berkembang) butuh dukungan untuk alih teknologi dan untuk investasi hijau,” Jokowi melanjutkan.
 
Ia menekankan bahwa tanpa dukungan tersebut, negara-negara berkembang akan kesulitan untuk mempercepat penurunan emisi gas rumah kaca dan melawan perubahan iklim yang semakin buruk.
 
 
Presiden Jokowi juga mengingatkan bahwa suhu Bumi saat ini terus meningkat, dengan suhu dunia mencapai titik tertinggi pada bulan Juli sebelumnya.
 
Menurut Jokowi, harus ada upaya global yang dilakukan secara masif dan radikal untuk menghentikan peningkatan suhu bumi yang diprediksi akan terus meningkat dalam lima tahun ke depan.
 
Salah satu langkah yang diusulkan oleh Jokowi adalah percepatan transisi menuju ekonomi rendah karbon.
 
Namun, pelaksanaan penurunan emisi masih terbatas karena kurangnya pendanaan.
 
 
Oleh karena itu, Jokowi mendorong kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta untuk mencapai tujuan ini.
 
Ia juga mencatat bahwa Indonesia telah menginisiasi G20 Bali Global Blended Finance Alliance dan Just Energy Transition Partnership (JETP) sebagai upaya untuk memperluas dan memperbesar dukungan finansial dalam transisi energi hijau.
 
“(JETP) ini harus diperluas dan diperbesar,” kata Jokowi.
 
Selain pendanaan, Jokowi menggarisbawahi pentingnya standar global dalam mengelompokkan kegiatan ekonomi dan bisnis untuk mencegah praktik greenwashing.
 
 
Praktik greenwashing merujuk pada upaya pemasaran yang mencitrakan produk atau usaha sebagai ramah lingkungan, padahal tidak memiliki dampak positif yang signifikan terhadap kelestarian lingkungan.
 
Oleh karena itu, Jokowi mengusulkan penggunaan taksonomi dan reformasi Bank Pembangunan Multilateral (MDB) yang mencerminkan representasi negara-negara anggotanya.
 
Sementara itu di momen nyaris bersamaan, Presiden Jokowi juga memimpin pertemuan forum MIKTA Leaders' Gathering I yang juga diadakan di New Delhi, India.
 
MIKTA adalah sebuah forum kerja sama yang terdiri dari lima negara, yaitu Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia.
 
 
Dalam pertemuan tersebut, Jokowi menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja sama antarnegara dalam menghadapi tantangan global yang kompleks.
 
Ia menggarisbawahi bahwa semua negara, termasuk negara-negara anggota MIKTA, harus berperan aktif dalam mencari solusi untuk masalah global, termasuk pembangunan ekonomi inklusif melalui transformasi digital.
 
“(termasuk) untuk melakukan hilirisasi industri dan menjadi bagian rantai pasok global,” kata Jokowi.
 
Ia juga mengajak negara-negara MIKTA untuk mendukung reformasi tata kelola global yang memperhatikan kebutuhan negara-negara berkembang.
 

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: