Tak Terima Xi Jinping Disebut Diktator, China Ngamuk ke Joe Biden

Tak Terima Xi Jinping Disebut Diktator, China Ngamuk ke Joe Biden

Joe Biden legalkan ganja dan ampuni semua terdakwa kasus kepemilikan dan pengguna Ganja-Carolyn Kaster-Konferensi Pers

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, yang menyebut Presiden Cina, Xi Jinping, sebagai seorang diktator mendapat kritikan keras dari pemerintah Cina.

Pernyataan tersebut dianggap absurd dan tidak bertanggung jawab oleh Beijing.
 
Dalam sebuah pengarahan pers pada hari Rabu (21/6), Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Mao Ning, menyatakan bahwa pernyataan Biden yang menyebut Xi Jinping sebagai diktator sangat melanggar fakta, protokol diplomatik, dan martabat politik Cina.
 
Mao menggambarkan pernyataan tersebut sebagai provokasi politik yang terang-terangan.
 
Mao juga menyoroti balon udara Cina yang dituduh melakukan kegiatan mata-mata oleh AS.
 
 
Dia menekankan bahwa balon tersebut secara tidak sengaja memasuki wilayah AS dan bahwa Beijing tidak memiliki kontrol atasnya.
 
Pada acara penggalangan dana di California pada hari Selasa lalu, Biden menyebut Xi Jinping sebagai seorang diktator.
 
Pernyataan tersebut muncul ketika Biden sedang bercerita tentang balon udara Cina yang ditembak jatuh oleh AS karena diduga melakukan aktivitas mata-mata pada bulan Februari yang lalu.
 
Biden mengatakan, "Alasan mengapa Xi Jinping sangat marah ketika saya menembak jatuh balon itu, dengan dua mobil boks yang penuh dengan peralatan mata-mata di dalamnya, adalah karena dia tidak tahu balon itu ada di sana."
 
Biden menambahkan bahwa hal tersebut sangat memalukan bagi para diktator ketika mereka tidak mengetahui apa yang terjadi, dan itu seharusnya tidak terjadi.
 
 
Pada tanggal 4 Februari 2023, AS menembak jatuh balon udara Cina yang telah berada di wilayahnya selama beberapa hari.
 
Washington menuduh balon tersebut melakukan aktivitas pengintaian atau mata-mata.
 
Salah satu wilayah yang dilintasi oleh balon tersebut adalah Montana, yang merupakan rumah bagi salah satu dari tiga ladang silo rudal nuklir di Pangkalan Angkatan Udara Malmstrom.
 
AS menyebut masuknya balon Cina ke wilayahnya sebagai pelanggaran yang tidak dapat diterima.
 
Balon tersebut ditembak jatuh oleh jet tempur AS di lepas pantai Carolina Selatan.
 
 
Pada tanggal 3 Februari 2023, Pemerintah Cina mengonfirmasi bahwa balon udara yang masuk ke wilayah AS adalah milik mereka.
 
Namun, Beijing membantah tuduhan AS yang menyebut balon tersebut melakukan aktivitas pengintaian.
 
Kementerian Luar Negeri Cina menyatakan bahwa pesawat tersebut adalah pesawat sipil yang digunakan untuk keperluan meteorologi dan penelitian ilmiah lainnya.
 
Mereka menjelaskan bahwa pesawat tersebut menyimpang dari jalurnya yang semula direncanakan karena pengaruh angin barat dan keterbatasan kontrolnya.
 
Keputusan AS untuk menembak jatuh balon udara tersebut telah membuat Cina marah.
 
 
Insiden tersebut seketika meningkatkan ketegangan hubungan antara Washington dan Beijing.
 
Kedua negara telah terlibat dalam pertentangan dalam beberapa isu, termasuk terkait Taiwan dan persengketaan klaim di Laut Cina Selatan.

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: