300 Ribu Tahun Bertahan, Lonesome George Menutup Sejarah Kura-Kura Pulau Pinta

300 Ribu Tahun Bertahan, Lonesome George Menutup Sejarah Kura-Kura Pulau Pinta

Kisah Lonesome George, kura-kura terakhir Pulau Pinta yang menutup sejarah satu subspesies setelah bertahan ratusan ribu tahun di Galápagos.-Foto: Getty Images via The New York Times-

JAKARTA, PostingNews.id — Bayangkan hidup sebagai satu-satunya yang tersisa. Bukan hanya di sebuah rumah, melainkan di seluruh garis keturunan. Itulah nasib yang dijalani seekor kura-kura raksasa yang kelak dikenal dunia sebagai Lonesome George. Ia hidup sendirian, benar-benar sendirian, sebagai penutup kisah panjang sebuah subspesies yang tak lagi punya penerus.

George bukan kura-kura biasa. Ia adalah kura-kura Pulau Pinta, Chelonoidis niger abingdonii, salah satu subspesies kura-kura raksasa Kepulauan Galápagos yang selama ratusan ribu tahun bertahan di sudut terpencil Samudra Pasifik. Kepulauan vulkanik ini pula yang kelak membantu membentuk gagasan besar tentang evolusi yang dirumuskan oleh Charles Darwin. Dari pulau-pulau terjal dan berangin itu, George berasal dari Pulau Pinta, sebuah daratan kecil yang menyimpan sejarah sunyi.

Para ilmuwan meyakini nenek moyang George tiba di Pinta sekitar 300.000 tahun lalu, menyeberang dari Pulau Española yang jaraknya tidak dekat dan dikelilingi laut lepas. Bagaimana hewan darat bertubuh besar dan tak pandai berenang ini bisa melintasi perairan masih menjadi teka-teki. Namun selama ribuan generasi, mereka bertahan, berkembang, dan mengisi pulau itu dengan langkah-langkah lamban khas kura-kura raksasa.

Semua berubah ketika manusia datang. Pada abad ke-19, pemburu paus dan anjing laut singgah di kawasan ini. Mereka menemukan kura-kura yang bergerak pelan, mudah ditangkap, dan bisa dijadikan cadangan makanan hidup di kapal. Satu per satu kura-kura Pulau Pinta lenyap. Memasuki awal abad ke-20, banyak yang percaya subspesies ini sudah punah.

BACA JUGA:Kejagung Disentil ICW, Jubir Bilang Nilai Reformasi Tak Bisa Diukur dari Ulah Oknum Jaksa

Pulau Pinta sempat sepi dan relatif tak tersentuh, sampai sebuah keputusan kecil membawa dampak besar. Pada 1959, nelayan melepas tiga ekor kambing di pulau itu. Tanpa predator dan tanpa pengawasan, kambing berkembang tak terkendali. Populasinya meledak hingga puluhan ribu ekor pada 1970. Vegetasi habis digerogoti. Tanah mengering. Dugaan pun menguat bahwa kura-kura Pulau Pinta benar-benar sudah hilang.

Lalu datang kejutan yang mengubah segalanya. Pada 1971, ilmuwan Hungaria József Vágvölgyi berkunjung ke Pinta untuk meneliti siput. Di tengah lanskap yang rusak, ia melihat pemandangan yang nyaris mustahil. Seekor kura-kura raksasa berjalan sendirian. Satu-satunya. Lonesome George ternyata masih hidup.

Penemuan itu membuat penjaga taman bergerak cepat. Pada musim semi 1972, George dibawa ke Stasiun Penelitian Charles Darwin di Pulau Santa Cruz. Harapan masih disimpan. Para peneliti mencoba mencari kura-kura betina Pulau Pinta, entah di alam liar atau di kebun binatang mana pun di dunia. Namun pencarian itu berujung kosong.

Nama Lonesome George sendiri punya kisah yang samar. Ada yang menyebut ia dinamai dari Santo George. Ada pula yang mengatakan julukan itu terinspirasi dari komedian Amerika George Gobel, yang dikenal dengan sebutan Lonesome George. Apa pun asal-usulnya, nama itu melekat kuat. Dunia jatuh iba pada seekor raksasa bercangkang yang lembut dan kesepian.

BACA JUGA:Banjir dan Longsor Tinggalkan Luka Sunyi, Penyintas Sumatra Butuh Pendampingan Jiwa

Tahun-tahun berlalu dengan berbagai upaya. George diperkenalkan pada beberapa subspesies kura-kura lain yang dianggap masih berkerabat dekat. Harapannya sederhana dan besar sekaligus, agar ia bisa kawin dan meninggalkan keturunan. Dua kura-kura dari Pulau Española sempat menjadi pendampingnya. Namun alam tidak berpihak. George tak pernah menghasilkan anak.

Pada pagi hari 24 Juni 2012, kisah itu berakhir. Lonesome George ditemukan mati di Taman Nasional Galápagos. Usianya diperkirakan lebih dari 100 tahun. Ada ironi yang sunyi. Salah satu orang terakhir yang melihatnya hidup adalah David Attenborough. Timnya merekam George hanya 14 hari sebelum kematiannya.

Kematian George tidak langsung menutup bab cerita. Beberapa jam setelah ia menghembuskan napas terakhir, para ilmuwan mengumpulkan dan mengawetkan sampel jaringannya. Ada harapan kecil yang masih dijaga. Barangkali suatu hari sel punca atau sel kelamin dari jaringan itu bisa dimanfaatkan, bahkan untuk kloning reproduksi.

Hingga kini, klon Lonesome George belum terwujud. Namun para peneliti berhasil mengurutkan genomnya dari sampel darah. Hasilnya memberi secercah cahaya. Masih ada kura-kura lain dengan genetika yang sangat mirip dengan George, meski bukan identik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share