Peduli Politik Tapi Ogah Masuk Parpol, Begini Cara Anak Muda Jakarta Bertahan di Tengah Demokrasi Elite

Peduli Politik Tapi Ogah Masuk Parpol, Begini Cara Anak Muda Jakarta Bertahan di Tengah Demokrasi Elite

Riset terbaru memotret anak muda Jakarta peduli politik namun menjauh dari partai dan institusi di tengah demokrasi yang dikuasai elite.--Foto: IG @antonimakeithappen.

Temuan-temuan tersebut kemudian diletakkan dalam konteks demokrasi Indonesia pascareformasi. Demokrasi dinilai masih bergerak dalam konfigurasi yang sangat dikendalikan elite, dengan kanal partisipasi warga yang sempit dan sering tidak responsif.

BACA JUGA:Aceh Ketuk Pintu PBB Usai Banjir, DPR Ingatkan Jangan Jalan Sendiri Tanpa Koordinasi Pusat

Dalam sambutannya, Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo menekankan pentingnya politik yang berkeadaban dan berpihak pada kesejahteraan bersama. Ia menilai riset ini relevan untuk membaca krisis partisipasi politik sekaligus merumuskan jalan keluar yang lebih manusiawi dan inklusif.

Diskusi peluncuran riset turut menghadirkan tokoh dari kalangan legislatif, akademisi, dan masyarakat sipil. Mereka sepakat bahwa tantangan terbesar ke depan adalah membangun kembali kepercayaan warga muda terhadap institusi demokrasi yang selama ini terasa jauh dan dingin.

Laporan PRAKSIS menutup risetnya dengan dua rekomendasi utama. Pertama, membuka dan memperluas kanal partisipasi politik yang transparan, aman, dan bisa ditelusuri, termasuk perlindungan kebebasan berekspresi di ruang digital. Kedua, memperkuat kapasitas kewargaan berbasis komunitas melalui pendidikan politik, dialog publik, dan ruang belajar bersama.

Tanpa institusi yang responsif, aspirasi warga muda akan terus menggantung di udara. Namun tanpa warga yang berdaya, demokrasi juga akan terus mudah dikuasai segelintir elite. Di persimpangan inilah, masa depan demokrasi Indonesia, sebagaimana tercermin dari pengalaman warga muda Jakarta, sedang dipertaruhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share

Berita Terkait