Ketua Umum PBNU Yahya Staquf Mengaku Diteror Sejak Konflik Internal Membara

Rabu 03-12-2025,22:56 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id — Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf buka suara mengenai kondisi yang ia hadapi di tengah kisruh internal organisasi Islam terbesar di Indonesia itu. Menurutnya, gelombang tekanan tidak hanya datang dalam bentuk wacana pemakzulan, tetapi juga berupa teror yang menerpa dirinya langsung melalui telepon dan WhatsApp.

Ia menceritakan bahwa teror tersebut datang tanpa henti sejak konflik di tubuh PBNU memuncak. Telepon berdering tiada putus, pesan masuk bertubi-tubi, hingga ancaman dalam berbagai model berseliweran ke ponselnya.

“Dengan berbagai cara, mulai dari telepon yang enggak berhenti-henti, WA, sampai dengan ancaman-ancaman bermacam-macam bentuknya” kata Yahya dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, pada Rabu 3 Desember 2025.

Meski begitu, Yahya memilih tidak membeberkan detail ancaman itu. Ia pun enggan menyebut siapa saja pelaku teror tersebut, seakan memberi sinyal bahwa situasi internal PBNU memang sedang panas, namun identitas para pemainnya tidak semua bisa ditampilkan ke publik.

BACA JUGA:Gus Yahya Tegaskan Jabatan Bukan Soal Utama, Lalu Apa yang Ia Jaga?

Yahya mengatakan bahwa ia bukan satu-satunya yang menjadi sasaran. Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU Ulil Abshar Abdalla, serta sejumlah pengurus Tanfidziyah, juga menerima tekanan serupa. Bahkan struktur PBNU di berbagai level dari wilayah, cabang, hingga tingkatan paling bawah ikut kena imbas.

“Saya mendapat laporan, misalnya, dari PWNU dan PCNU ini juga dihubungi dengan tekanan-tekanan tertentu” ujarnya.

Sekali lagi Yahya menahan diri untuk tidak menjabarkan bentuk ancaman yang dialami para pengurus itu. Namun ia menyebut bahwa pola seperti ini lumrah muncul saat organisasi sedang menghadapi gejolak. Yang ia soroti bukan sekadar terornya, melainkan cara-cara yang menurutnya melampaui etika para warga Nahdlatul Ulama.

“(Teror) ini sebetulnya normal. Tapi, ini menunjukkan bahwa memang ada cara yang sebetulnya sudah jauh di luar akhlak Nahdlatul Ulama, sekadar untuk memaksakan kehendak atau kepentingan saja” katanya.

BACA JUGA:Pemerintah Klaim Tak Butuh Uluran Asing untuk Tangani Banjir Sumatera Meski Korban Terus Bertambah

Kisruh internal PBNU sendiri mencuat setelah rapat harian jajaran Syuriah di Hotel Aston City Jakarta pada Kamis 20 November 2025. Dalam rapat tersebut, Syuriah meminta Yahya mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU hanya dalam tiga hari sejak keputusan diterimanya.

Pemicunya adalah undangan kepada akademikus pro Israel, Peter Berkowitz, dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU pada Agustus 2025. Berkowitz dikenal sebagai sahabat lama Yahya dan merupakan penulis buku Israel and the Struggle over the International Laws of War yang membela tindakan Israel terhadap Palestina.

Selain itu, Syuriah juga menyoroti masalah tata kelola keuangan di PBNU. Salah satu isu yang muncul adalah dugaan aliran uang sebesar Rp100 miliar dari Mardani H Maming, mantan Bendahara Umum PBNU, kepada organisasi tersebut.

Empat hari setelah rapat itu, Syuriah secara resmi memecat Yahya Staquf dari jabatan Ketua Umum PBNU terhitung 26 November 2025. Namun Yahya memilih melawan keputusan tersebut. Ia tegas menyatakan tidak akan mundur dan menilai pemakzulan itu bertentangan dengan konstitusi PBNU.

BACA JUGA:Jejak Mikroplastik dari Sepatu Pendaki Ternyata Menyebar ke Seantero Gunung

Kategori :