Jejak Mikroplastik dari Sepatu Pendaki Ternyata Menyebar ke Seantero Gunung

Jejak Mikroplastik dari Sepatu Pendaki Ternyata Menyebar ke Seantero Gunung

Penelitian menemukan sepatu pendaki ikut menyebarkan mikroplastik hingga danau pegunungan. Kadar mikroplastik jauh lebih tinggi di jalur ramai pendaki.-Foto: Dok. Eiger-

JAKARTA, PostingNews.id — Mikroplastik selama ini dikenal sebagai serpihan kecil yang berasal dari barang konsumsi atau plastik besar yang melebur perlahan. Masalahnya, serpihan mungil ini membawa sekitar 16.000 bahan kimia plastik dan sebagian di antaranya bukan sekadar nakal, tetapi berbahaya. Senyawa seperti BPA, ftalat, dan Pfa sudah lama dicurigai memicu gangguan kesehatan serius.

Zat-zat itu kini ditemukan hampir di seluruh penjuru tubuh manusia. Ia mampu menembus plasenta dan mencapai otak, seolah tak mengenal batas. Mikroplastik juga dikaitkan dengan peradangan paru-paru kronis yang bahkan bisa berakhir pada kanker paru. Singkat kata, ancaman kecil ini tidak bisa diremehkan hanya karena ukurannya tidak terlihat dengan mata telanjang.

Penelitian sebelumnya mencatat bahwa sekitar 70 persen mikroplastik di laut ternyata berasal dari pakaian jadi. Serpihan seukuran debu ini juga ditemukan melayang di awan hingga turun bersama air hujan. Mikroplastik seperti sudah memiliki paspor untuk bepergian ke mana saja.

Pada 2023, peneliti bernama Keyes mengambil sampel dari Danau Tear of the Clouds, di ketinggian sekitar 1.300 meter Gunung Marcy, Amerika Serikat. Jalur menuju lokasi dipadati para pendaki karena terhubung dengan beberapa rute trekking populer. Sampel air kemudian dikirim ke laboratorium independen dan terdeteksi mengandung 9,45 partikel mikroplastik per mililiter. Karena kawasan itu hanya dilalui pejalan kaki, para penulis studi awalnya meyakini polusi itu datang melalui udara dan terbawa oleh curah hujan.

BACA JUGA:Tiga Dekade Hutan Tapanuli Terkikis dan Kini Bencana Datang Bertamu

Namun dugaan itu mulai goyah. Dua tahun kemudian pada awal 2025, tim kembali mengambil sampel dari Danau Tear serta dari Moss Pond, yang digambarkan sebagai perairan terpencil tanpa jejak manusia pada ketinggian serupa. Laboratorium mendeteksi sekitar 0,73 partikel per mililiter di Moss Pond, dan sekitar 16,54 partikel per mililiter di Danau Tear. Selisih 23 kali lipat ini sontak menimbulkan kecurigaan bahwa ada sumber lain yang ikut menyumbang polusi.

Keyes menyebut sepatu trail ringan bisa melepaskan mikroplastik dengan cara yang mirip ban kendaraan. Semakin sering melangkah, semakin banyak serpihan yang lepas begitu saja ke lingkungan.

“Ini adalah indikasi yang cukup jelas mengingat perbedaan mencolok dalam tingkat mikroplastik antara perairan yang berjarak sangat dekat dibandingkan dengan Danau Tear, yang berada di jalan raya bagi pejalan kaki yang dikunjungi puluhan ribu orang setiap tahunnya” kata Keyes.

Sami Romanick, peneliti mikroplastik dari Kelompok Kerja Lingkungan yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menilai metodologi dan desain penelitian tersebut sudah memadai. Ia juga sepakat bahwa peralatan hiking kemungkinan besar menjadi penyebab utama kontaminasi.

“Penjelasan ini masuk akal dan didukung oleh data” kata Romanick.

BACA JUGA:Apa Hubungan Satwa Hutan yang Punah dengan Krisis Iklim yang Makin Parah?

Para penulis menegaskan bahwa temuan ini bukan untuk menyalahkan para pendaki, melainkan mengingatkan bahwa industri perlu memproduksi pakaian dan sepatu yang menimbulkan lebih sedikit pelepasan mikroplastik. Sementara itu, pendaki disarankan memilih sepatu bersol karet keras yang lebih tahan gesekan dan pakaian berbahan serat alami yang tidak ikut menambah polusi.

Mikroplastik mungkin kecil, tetapi dampaknya bisa menjalar hingga hutan, gunung, dan tubuh manusia tanpa permisi. Temuan ini menjadi pengingat bahwa jejak paling berbahaya saat mendaki kadang bukan yang tertinggal di tanah, melainkan yang terurai menjadi partikel tak kasat mata yang menjelajah ke mana-mana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share