POSTINGNEWS.ID - Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtaruddin, memastikan pemerintah mulai mengeksekusi program pengiriman pekerja migran secara besar-besaran mulai Desember 2025.
Program ini menjadi tahap awal dari target nasional penempatan hingga 500 ribu pekerja migran.
Mukhtaruddin menjelaskan bahwa pada Desember mendatang, pemerintah melepas 500 pekerja migran pertama yang berasal dari berbagai program pelatihan, termasuk caregiver, welder, hospitality, serta sejumlah bidang manufaktur lainnya.
BACA JUGA:Blusukan Kaesang Berujung Chaos Manis di Palu, Diteriaki Jokowi hingga Diemut Emak-emak
“Ini akan kita kick off pada pertengahan Desember, bertepatan dengan Hari Migran Internasional,” ujarnya.
Ia mengungkapkan bahwa saat ini pelatihan tengah berlangsung di sejumlah lembaga vokasi pemerintah, kementerian terkait, hingga SMK yang telah memiliki kelas migran, khususnya di Lampung. “Di Lampung itu nanti ada 200 yang akan kita lepas,” tambahnya.
Untuk tahun 2025, pemerintah sudah melatih sekitar 4.600 calon pekerja, namun kuota khusus untuk SMK Global berjumlah 500 orang. Sementara untuk tahun 2026, persiapan teknis sudah berjalan dan tinggal menunggu peluncuran anggaran. “Petanya kami yang punya. Negara mana, sektornya apa, kompetensinya apa, semua sudah ada datanya,” jelasnya.
BACA JUGA:Vokal Mengkritik Gubernur Kaltim, Seorang Wartawan Diintimidasi Ormas
Ia menegaskan negara akan menanggung berbagai kebutuhan teknis awal, mulai dari dokumen perjalanan, paspor, medical check-up, hingga tes psikologi. Setelah calon pekerja mendapatkan job order, barulah biaya penempatan akan ditanggung oleh pemberi kerja di negara tujuan.
Menurut Mukhtaruddin, peluang penempatan pekerja Indonesia di luar negeri sangat besar.
Saat ini terdapat 352 ribu lowongan, namun baru sekitar 20 persen yang dapat dipenuhi.
“Masih ada 80 persen yang belum terisi karena kebutuhan skill dan bahasa,” katanya.
BACA JUGA:Makin Miskin Makin Disalahkan, Ini Alasan Ilmiah Kenapa Orang Miskin Sering Diinjak-injak
Negara tujuan yang memiliki permintaan tinggi antara lain Jepang, Taiwan, Hong Kong, Turki, Italia, hingga Jerman. Pemerintah juga mulai membuka peluang untuk sektor truck driver di Australia dan New Zealand.
Ia optimistis target penempatan 500 ribu hingga 1 juta pekerja migran pada tahun-tahun mendatang akan memberi dampak signifikan pada penurunan angka pengangguran dalam negeri.