Keluarga Keraton Saling Rebutan Tahta, Budayawan: Harusnya Mereka Bisa Kasih Contoh!

Jumat 07-11-2025,14:00 WIB
Reporter : Reynaldi
Editor : Reynaldi

BACA JUGA:BNN dan Brimob Perang Lawan Kartel Narkoba di Kampung Bahari

Pegiat sejarah Solo, Dani Saptoni, turut menegaskan pentingnya belajar dari masa lalu.

Ia mengingatkan agar peristiwa konflik suksesi tahun 2004 tidak terulang kembali.

“Keraton itu pemangku adat, harus bisa menjadi contoh. Landasan kebudayaan Jawa itu harmoni dan kerukunan,” ujarnya.

BACA JUGA:Sebelum Kutuk Jatuh, Tokoh Adat Baduy Desak Pelaku Begal Serahkan Diri ke Polisi

Menurut Dani, generasi muda Keraton kini lebih terbuka dan tidak terikat konflik lama. Ia memuji suasana rukun dalam pemakaman PB XIII sebagai sinyal positif bagi masa depan Keraton.

“Tidak etis untuk mewariskan satu hal yang dilihat orang itu tidak baik,” katanya. Ia menilai generasi baru bisa membawa perubahan dengan cara yang lebih damai dan terpelajar.

Dalam konteks kekinian, keberadaan Keraton Solo tetap vital sebagai pusat kebudayaan.

Upacara seperti Sekaten, Grebeg, dan Malam Satu Sura, menurut Heri, masih bersumber dari nilai-nilai luhur yang dijaga Keraton.

Bagi masyarakat Jawa, raja bukan sekadar simbol adat, melainkan pemangku tradisi dan penjaga harmoni.

Karena itu, keberhasilan transisi Keraton Solo akan menjadi cermin kedewasaan budaya di tengah tantangan zaman.*

Kategori :