Laporan UNEP: Target Iklim Dunia Melenceng, Pemanasan Global Bisa Tembus 2,5 Derajat

Rabu 05-11-2025,16:25 WIB
Reporter : Andika Prasetya
Editor : Andika Prasetya

JAKARTA, PostingNews.id – Laporan terbaru menunjukkan bahwa upaya dunia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca masih belum cukup untuk memenuhi tujuan utama Perjanjian Paris. Kenaikan suhu global yang telah menembus lebih dari 1,5 derajat celcius menandakan bahwa Bumi bergerak menuju kondisi yang lebih panas. Perhitungan terbaru memproyeksikan bahwa pada akhir abad ini suhu rata-rata global berpotensi naik lebih dari 2 derajat celcius. Kondisi ini dipandang akan memicu risiko perubahan iklim yang lebih parah dan meningkatkan kerusakan lingkungan secara luas.

Temuan itu dirilis dalam Laporan Kesenjangan Emisi Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNEP tahun 2025 pada Rabu, 5 November 2025. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pemanasan global sepanjang abad ini diperkirakan berada di kisaran 2,3 hingga 2,5 derajat celcius. Angka ini sedikit lebih rendah dari perkiraan laporan tahun sebelumnya yang berada di kisaran 2,6 hingga 2,8 derajat celcius. Perhitungan itu menggunakan acuan implementasi penuh Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional atau NDC dari masing-masing negara.

UNEP menjelaskan bahwa kebijakan iklim yang diterapkan saat ini masih memungkinkan pemanasan mencapai sekitar 2,8 derajat celcius. Sementara itu, perhitungan untuk tahun sebelumnya menunjukkan angka sekitar 3,1 derajat celcius. Pembaruan metodologi mempersempit angka tersebut sebesar 0,1 derajat celcius. Selain itu, keputusan Amerika Serikat yang sempat menarik diri dari Perjanjian Paris juga berdampak pada proyeksi kenaikan suhu dalam jumlah yang sama.

Dari situ, UNEP menilai bahwa pembaruan NDC yang diajukan banyak negara belum memberikan dampak yang signifikan. Jarak antara target penurunan emisi dan realisasinya masih sangat lebar. Bahkan, tujuan Perjanjian Paris untuk menjaga pemanasan global jauh di bawah 2 derajat celcius, apalagi di bawah 1,5 derajat celcius, semakin sulit dicapai.

BACA JUGA:17 Juta Suara Terbuang di Pemilu 2024, Partai Buruh Dorong Threshold 0 Persen

Laporan yang sama juga memperkirakan bahwa kenaikan suhu global rata-rata dalam jangka panjang akan melampaui batas 1,5 derajat celcius, meski mungkin bersifat sementara. Namun untuk menurunkan suhu kembali ke tingkat tersebut, dibutuhkan penurunan emisi dalam skala besar dan dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menegaskan bahwa kondisi ini sudah tidak bisa dihindari. “Para ilmuwan memberi tahu kita bahwa kelebihan suhu sementara di atas 1,5 derajat kini tak terelakkan, paling lambat dimulai pada awal 2030-an. Dan jalan menuju masa depan yang layak huni semakin terjal setiap harinya,” ujar Guterres.

Direktur Eksekutif UNEP Inger Andersen juga menyampaikan bahwa negara-negara telah berulang kali mencoba memenuhi janji-janji dalam Perjanjian Paris namun selalu meleset dari target. Ia menyebut bahwa kemajuan yang ada belum cukup signifikan. “Meskipun rencana iklim nasional telah menghasilkan beberapa kemajuan, kemajuan tersebut masih jauh dari cukup, itulah sebabnya kita masih membutuhkan pengurangan emisi yang belum pernah terjadi sebelumnya di saat yang semakin sempit, dengan latar belakang geopolitik yang semakin menantang,” ucap Inger.

Menurutnya, kesempatan untuk menekan kenaikan suhu masih ada karena berbagai solusi telah tersedia. Pengembangan energi terbarukan yang kian murah dan upaya pengurangan emisi metana menjadi contoh yang dapat segera diterapkan. Ia menekankan pentingnya investasi serius untuk masa depan. “Saatnya bagi negara-negara untuk mengerahkan seluruh upaya dan berinvestasi untuk masa depan mereka dengan aksi iklim yang ambisius, aksi yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, kesehatan manusia yang lebih baik, lebih banyak lapangan kerja, keamanan dan ketahanan energi,” kata Inger.

BACA JUGA:Tak Tersinggung Disebut Konten Kreator, Dedi Mulyadi: Yang Penting Manfaat Buat Jawa Barat

UNEP juga mencatat bahwa hanya 60 negara yang telah mengajukan atau mengumumkan NDC baru dengan target mitigasi hingga 2035. Jumlah tersebut hanya mencakup 63 persen emisi global. Selain kurangnya komitmen, implementasi yang berjalan pun masih jauh dari memadai. Banyak negara belum berada dalam jalur yang tepat untuk memenuhi target NDC 2030, apalagi target baru untuk 2035.

Untuk mencapai jalur pemanasan 2 derajat celcius, emisi global pada 2030 harus turun 25 persen dari tingkat tahun 2019. Untuk jalur 1,5 derajat celcius, penurunan harus mencapai 40 persen. Namun waktu tersisa tinggal lima tahun untuk mencapai titik tersebut. Tahun 2024 mencatat kenaikan emisi sebesar 2,3 persen hingga mencapai 57,7 gigaton setara CO2.

Jika seluruh NDC dilaksanakan sepenuhnya, emisi global pada 2035 hanya akan berkurang sekitar 15 persen dibandingkan tingkat 2019. Angka ini masih jauh dari kebutuhan penurunan sebesar 35 persen untuk target 2 derajat celcius dan 55 persen untuk target 1,5 derajat celcius.

Indonesia sendiri telah menyerahkan NDC keduanya pada Oktober 2025. Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq mengatakan dokumen tersebut memuat rencana iklim Indonesia untuk periode 2031 hingga 2035. Namun kelompok pemerhati lingkungan seperti WALHI mengkritik NDC ini. Mereka menilai bahwa rencana tersebut tidak mencerminkan keadilan iklim dan masih bertumpu pada model ekonomi berbasis ekstraksi sumber daya. “Target iklim dalam SNDC ini masih semu dan kita masih dihadapkan pada kenyataan emisi skala besar akan terus dihasilkan dari kebijakan serta program nasional yang bertumpu pada model ekonomi pertumbuhan yang ekstraktif,” ujar Boy Jerry Even Sembiring.

UNEP mencatat Indonesia berada di posisi keenam negara penghasil emisi terbesar di dunia. Peningkatan emisi juga masih terjadi, khususnya akibat penggunaan batu bara dan kebijakan tata guna lahan yang belum sejalan dengan transisi energi. Indeks Kinerja Perubahan Iklim menempatkan Indonesia di peringkat ke-42 pada 2024, yang menunjukkan bahwa kebijakan iklim Indonesia masih jauh dari target Perjanjian Paris.

Kategori :