JAKARTA, PostingNews.id – Jakarta memanas. Ribuan massa buruh mengepung Gedung DPR RI di Jalan Gatot Subroto, Kamis, 28 Agustus 2025. Amarah kolektif memuncak. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) sekaligus Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyalakan api perlawanan. Dalam orasi tajamnya, ia menuding DPR hidup bak sultan di atas penderitaan rakyat kecil.
Di hadapan ribuan peserta aksi yang membawa bendera Partai Buruh, Koalisi Serikat Pekerja, hingga 74 elemen gerakan buruh, petani, dan rakyat, Said Iqbal menembakkan kritik pedas:
“Mereka naikkin tunjangan perumahan Rp50 juta. Kali 12 bulan jadi Rp600 juta setahun. Nyewa di mana itu, di surga? Mahal banget!," katanya dengan lantang.
Sorakan massa pecah. Angka itu membuat darah mendidih, terutama saat rakyat masih berjibaku dengan mahalnya harga pangan dan rendahnya upah. Padahal, sejak Oktober 2024, setiap anggota DPR telah mengantongi tunjangan Rp50 juta per bulan — total Rp600 juta setahun — hanya untuk biaya sewa rumah.
Ironisnya, ratusan rumah jabatan DPR di Kalibata justru dibiarkan kosong, sementara rakyat kecil berebut tempat tinggal seadanya.
Joget-joget di Atas Penderitaan Buruh
Said Iqbal memukul telak kebijakan DPR dengan membandingkannya pada nasib buruh. Saat buruh menuntut kenaikan upah, perjuangannya berdarah-darah.
“Upah buruh sekarang cuma Rp3 juta sampai Rp5 juta. Minta naik Rp200 ribu aja mesti demo berhari-hari. DPR naikkin tunjangan seenak-enaknya. Joget-joget lagi! Di mana hati nuraninya? Itu yang menyakiti rakyat. Itu yang menyakiti buruh!," tegasnya.
Dari tuntutan yang disuarakan, enam poin menjadi fokus utama, mulai dari penghapusan tenaga alih daya, stop PHK massal, kenaikan upah minimum 8,5–10 persen pada 2026, hingga revisi UU Pemilu dan pembahasan RUU Perampasan Aset.
Tak hanya soal upah dan tunjangan, massa buruh juga menggugat korupsi yang merajalela. Kasus dugaan pemerasan sertifikasi K3 di Kemenaker yang menyeret eks Wamenaker Immanuel Ebenezer (Noel) menjadi contoh nyata.
Biaya produksi membengkak, modal habis, kesejahteraan buruh tersedot. “Lihat Noel! Bukti nyata, uang buruh dijarah elite,” seru salah satu orator.
Keseriusan aksi ini membuat 4.531 personel gabungan Polri dan TNI diturunkan untuk menjaga gedung parlemen. Polda Metro Jaya bahkan menyiapkan rekayasa lalu lintas dan pengalihan arus, termasuk jika massa mencoba merangsek ke ruas Tol Dalam Kota.
Namun, gelombang amarah rakyat jelas belum akan reda. Bagi ribuan buruh, DPR adalah simbol pengkhianatan. Demo ini bukan sekadar perlawanan, tapi peringatan keras, jika suara buruh terus dibungkam, Senayan siap diguncang lebih dahsyat.