Beda Jauh Data Kemiskinan Versi Bank Dunia dan BPS, Ahli Tawarkan Solusi Rekayasa Sosial

Rabu 30-07-2025,22:22 WIB
Reporter : Dita Tobing
Editor : Bonny Beribe

POSTINGNEWS.ID - Publik dikejutkan oleh perbedaan mencolok dalam data kemiskinan Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka penduduk miskin per Maret 2025 sebesar 23,85 juta jiwa atau 8,74 persen dari total populasi.

Namun, Bank Dunia merilis angka yang jauh lebih besar: 194 juta orang atau sekitar 68,2 persen rakyat Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan internasional.

Selisih yang sangat besar ini menimbulkan pertanyaan besar: mana yang mencerminkan realita?

BACA JUGA:Bukan Asal Klaim! Prabowo Sebut Angka Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia Menurun

CELIOS: Data BPS Menyesatkan Kebijakan Publik

Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi Askar, menyebut bahwa data BPS bisa menyesatkan pengambilan kebijakan negara. Pasalnya, definisi kemiskinan versi BPS dianggap terlalu sempit karena hanya menghitung dari sisi pengeluaran per kapita.

“Kalau hanya 23 juta yang dianggap miskin, perlindungan sosial dalam RAPBN bisa tidak ditingkatkan. Padahal banyak warga hidup dalam kesulitan nyata,” ujarnya.

BPS menetapkan garis kemiskinan sebesar Rp609.160 per bulan atau sekitar Rp20.305 per hari.

Padahal, harga kebutuhan pokok terus merangkak naik. Akibatnya, banyak masyarakat yang hidup “nyaris miskin” tidak tercatat sebagai penerima bantuan sosial karena dianggap di atas garis.

BACA JUGA:Disebut Akan Bebas dari Kemiskinan, Berikut Tanggal Lahir yang Dilindungi oleh Nyi Roro Kidul! Apakah Ada Tanggal Lahirmu?

Ahli IPB: Butuh Rekayasa Sosial Partisipatif

Merespons kompleksitas ini, Guru Besar Sosiologi Pedesaan IPB University, Prof. Lala Kolopaking, mengusulkan solusi melalui pendekatan rekayasa sosial partisipatif

Menurutnya, kemiskinan tidak cukup diatasi dengan data statistik dan intervensi pemerintah semata.

“Karena kemiskinan adalah persoalan sosial, maka harus diselesaikan dengan gerakan sosial. Di sinilah pentingnya rekayasa sosial partisipatif,” kata Prof. Lala.

BACA JUGA:Habib Lutfi Bin Yahya Anjurkan Amalkan Bacaan Ini Demi Rezeki Mengalir Kencang, Insha Allah Jauh dari Kemiskinan!

Apa Itu Rekayasa Sosial Partisipatif?

Rekayasa sosial partisipatif adalah pendekatan yang menempatkan masyarakat bukan sebagai objek pasif, tapi sebagai subjek yang ikut merancang, menjalankan, dan mengevaluasi program sosial. Ini mencakup:

Kategori :