Meski sebagian besar tanaman ini masih tumbuh liar, beberapa pihak sudah mulai membudidayakannya secara terbatas sebagai tanaman herbal.
Potensi ini juga membuka peluang untuk eksplorasi lebih lanjut dalam pembuatan produk skincare alami, terutama bagi konsumen yang kini semakin sadar akan pentingnya bahan-bahan organik dan ramah lingkungan dalam perawatan kulit.
Dalam pengobatan tradisional, patikan kebo telah lama digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi kulit, termasuk luka kecil, gatal-gatal, hingga iritasi ringan.
Namun, terkait klaim di media sosial bahwa tanaman ini bisa mengobati kutil atau papilloma, Dr Dimas memberikan klarifikasi.
“Kami belum melakukan penelitian khusus tentang efek patikan kebo terhadap kutil. Namun, secara umum tanaman ini memang memiliki sifat antimikroba yang menjanjikan,” jelasnya.
BACA JUGA:Dinamika dan Potensi Masa Depan Industri Kecantikan Halal di Indonesia
Aman Digunakan? Ini Catatannya
Meskipun patikan kebo berasal dari alam, bukan berarti penggunaannya bisa sembarangan.
Seperti halnya bahan herbal lain, ekstraknya tetap harus melalui proses standarisasi, pengujian keamanan, dan uji klinis sebelum dikomersialkan sebagai bagian dari skincare.
Dr Dimas pun mengingatkan agar masyarakat tidak langsung mencoba mengoleskan getah atau bagian tanaman ini ke kulit tanpa panduan ilmiah.
“Beberapa bagian tanaman bisa menyebabkan iritasi bila digunakan tanpa pengolahan yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan ilmiah dalam pemanfaatannya,” tegasnya.
Sebagai tanaman yang tumbuh subur di berbagai wilayah Indonesia, patikan kebo menyimpan potensi besar untuk dikembangkan sebagai bagian dari industri kosmetik berbasis sumber daya lokal.
Jika dikembangkan secara berkelanjutan, bukan tak mungkin tanaman ini akan menjadi bahan andalan skincare lokal masa depan, menyusul popularitas bahan-bahan herbal lain yang sudah lebih dulu mendunia.