JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Lebaran biasanya identik dengan momen kebersamaan dan ajang mempererat silaturahmi. Namun, di balik suasana hangat tersebut, tak sedikit orang yang justru merasa tertekan secara emosional dan fisik.
Misalnya, ketika berkumpul bersama keluarga besar, sering muncul pertanyaan-pertanyaan pribadi seperti: “Kapan nikah?”, “Sudah punya anak?”, “Kerja di mana?”, atau “Sudah punya rumah belum?”
Selain itu, perubahan rutinitas yang cukup ekstrem selama Lebaran, ditambah tekanan sosial dan ekspektasi budaya, bisa memicu stres, terutama ketika seseorang harus terus berinteraksi tanpa henti, seperti menyambut tamu secara bergantian atau menghadiri berbagai undangan.
BACA JUGA: Di Balik 'Dugaan' Ridwan Kamil Selingkuh, Berikut 5 Alasan Pasangan Selingkuh Meski Sudah Menikah
Mengelola Mental saat Suasana Lebaran
Psikolog sekaligus dosen di Fakultas Ekologi Manusia IPB University, Nur Islamiah, memberikan sejumlah tips praktis untuk membantu mengelola tekanan mental selama perayaan Lebaran. Yang terpenting adalah mengatur ekspektasi pribadi dengan cara menetapkan batas psikologis, atau psychological boundaries.
“Tidak ada kewajiban bagi kita untuk menyenangkan semua orang. Lagipula, itu tidak mungkin dilakukan. Sering kali, kita merasa harus selalu tersenyum, melayani tamu, dan menjaga suasana tetap menyenangkan,” ujar Mia dalam rilis IPB.
Oleh karena itu, saat agenda Lebaran terasa begitu padat, penting untuk mengenali batasan diri. Contohnya, memilih obrolan yang ingin diikuti, atau mengambil waktu sejenak untuk beristirahat tanpa rasa bersalah. Menetapkan batas waktu dan energi untuk bersosialisasi bukan berarti tidak menghargai orang lain, tetapi justru sebagai upaya untuk menjaga kesehatan mental kita.
BACA JUGA: Suami Hilang Setahun Tanpa Kabar, Ternyata Kabur Selingkuh Bersama Mbak-mbak Pelayan Bioksop
Mia juga menekankan pentingnya menyediakan ruang bagi diri sendiri. “Memberi ruang bukan berarti menjauh dari orang lain, tapi itu justru bentuk perawatan terhadap kapasitas emosional kita. Tanpa ruang tersebut, kita akan lebih mudah merasa lelah, tersinggung, bahkan hampa, walaupun berada di tengah keramaian,” jelasnya.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebersamaan dengan keluarga dan waktu untuk diri sendiri. Salah satu cara sederhana untuk menjaga keseimbangan ini adalah meluangkan sedikit waktu pribadi, seperti bangun lebih pagi untuk menikmati ketenangan, atau menyendiri sejenak di dalam kamar.
“Agar bisa hadir secara utuh untuk orang lain, kita harus hadir dulu untuk diri sendiri,” ungkapnya.
Cara Menjawab Pertanyaan Lebaran
Tekanan sosial yang kerap muncul saat Lebaran, terutama terkait pekerjaan, status pernikahan, atau pencapaian hidup, juga bisa menjadi beban tambahan bagi sebagian orang.
Mia menyarankan untuk menjawab pertanyaan semacam itu dengan kalimat yang sopan tapi tetap menjaga batas privasi, misalnya:
“Masih dalam proses, mohon doanya ya.”
Jawaban seperti ini cukup untuk membuat kita tetap nyaman tanpa perlu menjelaskan secara detail.