JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah mencapai kesepakatan untuk menetapkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada tahun 2024.
Meskipun ada berbagai tantangan global seperti suku bunga tinggi, inflasi, dan konflik Rusia-Ukraina, Indonesia tetap optimis terhadap pertumbuhan ekonominya.
Pertumbuhan ekspor yang kuat, investasi yang terus meningkat, serta dukungan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi faktor yang mendukung target pertumbuhan ini.
BACA JUGA:Kepala BKF Angkat Suara Soal Dampak Ekonomi China pada Indonesia
APBN 2024 akan mengalokasikan belanja sebesar Rp3.325,11 triliun, yang meningkat 8,6% dibandingkan dengan tahun ini.
Pemilihan umum (pemilu) di tahun depan diharapkan akan menjadi pendorong tambahan bagi pertumbuhan ekonomi.
Pemilu akan mempengaruhi berbagai aspek, termasuk konsumsi masyarakat dan belanja pemerintah.
Selain itu, aktivitas ekonomi terkait pemilu seperti percetakan dan merchandising diharapkan akan meningkat, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di berbagai daerah.
Namun, pemerintah juga menyadari bahwa ekonomi global masih penuh ketidakpastian.
Beberapa faktor seperti perlambatan ekonomi China, suku bunga tinggi, ketegangan geopolitik, perubahan iklim, kenaikan harga minyak, dan perlambatan perdagangan global dapat memberikan tekanan pada pertumbuhan ekonomi domestik.
Peningkatan inflasi telah mendorong beberapa negara untuk mengambil langkah-langkah kebijakan moneter yang ketat, yang juga memengaruhi volatilitas di sektor keuangan global.
Harga minyak mentah yang rawan fluktuasi juga menjadi perhatian, terutama dengan harga mendekati US$ 100 per barel.
BACA JUGA:Emang Bisa Menyusun Rencana Keuangan Keluarga di Tengah Krisis Ekonomi?
Meskipun ada tantangan besar, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa APBN 2024 akan menjadi instrumen utama dalam mengelola potensi gejolak ekonomi.