Waduh, Kebijakan Larangan Ekspor Solar Rusia Bebani Negara-Negara Asia

Jumat 22-09-2023,21:46 WIB
Reporter : Maulana Ali Firdaus
Editor : Deden Rinaldi

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Harga solar di pasar Asia mengalami kenaikan setelah Rusia mengeluarkan larangan ekspor bahan bakar minyak, meskipun sebagian pengamat meyakini bahwa larangan tersebut akan dicabut dalam waktu dekat.
 
Larangan ekspor bahan bakar minyak oleh Rusia yang mulai berlaku pada Kamis (21/9) terlihat akan memperburuk kondisi pasar bahan bakar global yang sudah ketat.
 
Hal ini terutama mengkhawatirkan karena permintaan bahan bakar diperkirakan akan meningkat selama musim dingin, sementara banyak kilang minyak di seluruh dunia tidak memiliki kapasitas untuk meningkatkan produksi.
 
Di wilayah Asia, ada masalah tambahan karena pemulihan sektor penerbangan di China yang semakin pesat, meningkatkan konsumsi bahan bakar pesawat, yang memiliki sifat yang mirip dengan solar.
 
BACA JUGA: Warga NU Favoritkan Prabowo, Bagaimana dengan Muhammadiyah? Begini Menurut Survei Terbaru
 
Larangan ekspor yang diberlakukan oleh Rusia merupakan guncangan terbaru dalam pasar energi setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 yang mengganggu aliran minyak mentah dan produk minyak di seluruh dunia.
 
Diesel atau solar adalah produk andalan yang digunakan di seluruh dunia untuk menggerakkan truk, kapal, dan kereta api.
 
Selama tahun ini, Rusia telah menjadi salah satu pengirim terbesar melalui jalur laut di dunia.
 
Vivek Dhar, seorang analis dari Commonwealth Bank of Australia, menyatakan bahwa banyak hal akan tergantung pada berapa lama Rusia akan mempertahankan larangan ekspor bahan bakar ini.
 
BACA JUGA: Jokowi Main-Main dengan Data Intelijen, BRIN: Penyalahgunaan Kekuasaan
 
“Tergantung sampai kapan Rusia akan terus mempertahankan larangan ekspor bahan bakar itu,” kata Vivek.
 
Para pengolah minyak di Tiongkok dan India telah mulai mengekspor lebih banyak solar ke pasar internasional karena mereka mengkonsumsi minyak mentah dari Rusia dan Iran dalam jumlah besar.
 
Namun, Asia tidak termasuk dalam salah satu pembeli utama solar dan bensin dari Rusia, sehingga dampak larangan ini tidak akan terasa begitu parah di wilayah ini.
 
Pada hari Jumat, harga solar dibandingkan dengan minyak mentah Dubai di Singapura naik sebanyak 3,4 persen menjadi US$30,21 per barel.
 
BACA JUGA: Polisi Tolak Laporan Pendukung Prabowo, Sebut Ada Unsur yang Belum Terpenuhi
 
Meskipun harga ini meningkat, namun masih jauh di bawah harga tertinggi yang terjadi pada Agustus 2023, yang mencapai lebih dari US$34 per barel, merupakan harga tertinggi sejak Januari 2023.
 
Para analis berpendapat bahwa larangan ekspor solar oleh Rusia tidak akan berlangsung lama.
 
Mereka percaya bahwa setelah pasokan dalam negeri terpenuhi, Rusia akan melanjutkan ekspor karena kurangnya kapasitas penyimpanan cadangan.
 
Konsultan industri FGE bahkan memperkirakan bahwa ekspor solar Rusia mungkin akan dilanjutkan dalam dua minggu, bahkan lebih awal.
 
BACA JUGA: Man United Kalah Terus, Legenda Klub Ngamuk; Erik ten Hag Dituding Jadi Biang Kerok!
 
Namun, beberapa analis, seperti Citigroup Inc, memperkirakan bahwa larangan ini bisa berlangsung selama sekitar enam minggu.
 
Sementara itu, solar Rusia sejauh ini telah dialihkan ke pasar lain seperti Turki, Amerika Latin, dan Timur Tengah sejak kelompok G7 memberlakukan sanksi terhadap bahan bakar Rusia.
 
Walaupun kehilangan pasokan minyak dari Rusia tidak akan langsung mempengaruhi Asia karena wilayah ini memiliki industri pengolahan minyak yang besar, namun hal ini dapat memperketat pasar diesel global yang sudah bergejolak.
 
Seiring kabar tersebut, ada kekhawatiran tentang kemampuan China untuk mengekspor solar lebih banyak dari tingkat saat ini.
 
BACA JUGA: Saiful Mujani Ungkap Geng 212 Condong ke Prabowo, Gerindra: 'Kami Bersyukur Didukung Siapa Saja'
 
Pabrik-pabrik pengolahan minyak lokal telah meningkatkan produksinya dalam beberapa bulan terakhir karena keuntungan besar yang dapat diperoleh dari produksi bahan bakar dan ekspor.
 
Meskipun begitu, pemerintah Tiongkok mengendalikan jumlah ekspor bahan bakar melalui kuota yang ditetapkan oleh mereka, bukan melalui kekuatan pasar bebas.
 
Harga minyak juga dipengaruhi oleh keputusan The Fed yang mempertahankan suku bunga tetapi secara proaktif mengantisipasi kenaikan suku bunga hingga akhir tahun.
 
Ini bisa menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan bahan bakar secara keseluruhan.
 
BACA JUGA: Saiful Mujani Ungkap Geng 212 Condong ke Prabowo, Gerindra: 'Kami Bersyukur Didukung Siapa Saja'
 
Penguatan dolar AS juga membuat minyak dan komoditas lainnya lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
 
Meskipun harga minyak melemah karena berita larangan ekspor Rusia mengalihkan perhatian dari hambatan ekonomi di Barat, kekhawatiran tentang pasokan global yang ketat tetap mendukung harga minyak.
 
Stok minyak mentah AS di Cushing, yang merupakan pusat pengiriman minyak mentah WTI, berada pada level terendahnya sejak Juli 2022 karena OPEC dan sekutunya masih mempertahankan pemangkasan produksi.
 
Kategori :