JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Kader Partai Demokrat, Eko Jhones memantau popularitas calon presiden dari koalisi perubahan, Anies Baswedan, sebelum dan setelah berduet dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Eko melihat bahwa sebelum berkolaborasi dengan Cak Imin, popularitas Anies berada di angka 20 persen.
Namun, sekarang popularitasnya mengalami penurunan menjadi 16,5 persen. Hasil ini didasarkan pada survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
Eko menganggap hasil ini sangat menarik dan signifikan.
Sebelum berduet dengan Cak Imin, Anies didukung oleh partai-partai politik seperti Nasdem, PKS, dan Demokrat, dan mendapatkan suara sekitar 20 persen.
Akan tetapi setelah Cak Imin diumumkan sebagai calon wakil presiden Anies dan Partai Demokrat memutuskan untuk meninggalkan Koalisi Perubahan, popularitas mereka hanya mencapai angka 16,5 persen.
Eko heran dan bertanya-tanya mengapa popularitas mereka justru turun setelah tidak lagi memiliki dukungan dari partai-partai politik tersebut.
BACA JUGA:Demokrat Batal Usung Anies Jadi Sinyal Prabowo dan Ganjar Umumkan Cawapres?
"Setelah berduet dengan Cak Imin dan Demokrat pergi, popularitasnya hanya 16 persen. Katanya tidak mau memilih AHY karena tidak meningkatkan popularitas. Tanpa AHY, mengapa malah semakin turun?" ujar Eko.
Berdasarkan survei terbaru dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pasangan Anies-Cak Imin berada di urutan ketiga dengan popularitas sebesar 16,6 persen.
Posisi pertama ditempati oleh bakal capres dari PDIP, Ganjar Pranowo, dan mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dengan popularitas 35,4 persen, diikuti oleh bakal capres dari Koalisi Indonesia Maju, Prabowo Subianto, dan Menteri BUMN, Erick Thohir, dengan popularitas 31,7 persen.
Hasil survei yang dilakukan pada 5-8 September 2023 menunjukkan bahwa popularitas Anies mengalami penurunan setelah deklarasi calon wakil presiden oleh NasDem dan PKB.
BACA JUGA:Waduh! Anies Baswedan dan Spirit 212 Tidak Sejalan, Gegara Ini Novel Bamukmin Angkat Bicara
Selisih popularitas antara Ganjar dan Prabowo tergolong tipis, dan keputusan Partai Demokrat untuk bergabung dengan salah satu koalisi akan menjadi faktor penting dalam menentukan bagaimana popularitas keduanya akan berkembang selanjutnya.