JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Tanda-tanda peningkatan aktivitas militer di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang saat ini diduduki oleh Rusia telah menimbulkan kekhawatiran akan keamanan nuklir di wilayah tersebut.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mencatat dalam laporan terbarunya pada Jumat, 8 September bahwa situasi tersebut sangat memprihatinkan.
Direktur Jenderal IAEA, Rafael Mariano Grossi, mengaku khawatir dengan situasi PLTN tersebut akibat meningkatnya ketegangan militer di wilayah sekitar PLTN.
“Saya tetap sangat prihatin mengenai kemungkinan bahaya yang dihadapi pabrik tersebut,” kata Mariano Grossi.
Sejumlah tenaga ahli di PLTN melaporkan serangkaian ledakan selama seminggu terakhir, yang mengindikasikan peningkatan aktivitas militer di wilayah itu.
Selain itu, juga melaporkan bahwa kota terdekat Enerhodar telah diserang oleh drone pada pagi hari tanggal 7 September.
Peningkatan aktivitas militer ini telah mendorong PLTN Zaporizhzhia untuk mengurangi personel di lokasi ke tingkat minimum untuk sementara waktu karena kekhawatiran akan bahaya yang semakin meningkat.
Grossi mengatakan, upaya pencegahan untuk menghindari kecelakaan nuklir di wilayah konflik mana pun adalah penting, sebab dampaknya akan merugikan semua pihak.
“Di zona konflik di mana pun lokasinya, semua orang akan dirugikan jika terjadi kecelakaan nuklir,” tegas Grossi.
Ia meminta agar semua tindakan pencegahan dapat segera diambil untuk menghindari kecelakaan atau bencana.
Laporan IAEA juga mencatat adanya aktivitas tanam ranjau yang terus ditempatkan di dekat perimeter PLTN.
Meskipun tidak ada ranjau baru yang diamati, tim IAEA masih belum diberikan akses penuh ke atap reaktor 1, 2, 5, dan 6.
BACA JUGA: Lika-Liku Nasib Mason Greenwood: Dikecam Klub dan Fans Sendiri Hingga Ditolak Mentah-Mentah AC Milan
Para ahli IAEA juga melakukan inspeksi di beberapa PLTN lainnya di Ukraina, seperti PLTN Khmelnytskyi, Rivne, dan Ukraina Selatan, dan tidak ada masalah keamanan yang dilaporkan di lokasi tersebut.
Sementara itu, eskalasi ketegangan antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang semakin menguat dinilai amat memengaruhi situasi di Ukraina.
AS dan NATO telah melakukan pengiriman senjata ke Ukraina, yang telah memicu amarah dari Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Igor Korotechenko, seorang propagandis Kremln, mengungkapkan bahwa Rusia kabarnya berencana untuk meluncurkan bom nuklir ke AS.
Korotechenko merujuk pada pernyataan Ben Hodges, anggota senior NATO, yang sempat memberi peringatan kepada Rusia.
Jika Rusia berperilaku "buruk", tegasnya, maka pihaknya boleh menggunakan semua jenis senjata apa pun.
Itu berarti dapat dimaknai senjata nuklir bisa saja digunakan.
"Ia mengancam kita dengan mengatakan akan melakukan serangan lebih dari sekadar melakukan serangan ke jembatan Krimea," ungkap Korotchenko.
Eskalasi ketegangan antara Rusia dan AS pun makin menguat usai beredar pernyataan itu.
Hodges pun meminta Rusia harus siap untuk menghadapi konsekuensi jika terjadi agresi terhadap fasilitas militer atau sipil Rusia.
Sebagai tanggapan terhadap serangan AS terhadap fasilitas militer atau sipil Rusia, Korotechenko menyatakan bahwa serangan pertama mungkin akan menjadi serangan terbatas preventif terhadap sasaran di wilayah AS.
"Serangan pertama (Rusia) merupakan serangan preventif terhadap sasaran di wilayah AS,” unkgap Korotchenko.
Kategori :