Ia memberitahu Fatimah bahwa ia sedang menunggu suaminya yang akan pulang dari kerja. Rumah Mutiah yang sederhana terlihat sangat bersih dan nyaman.
Pada hari keempat, saat suaminya pulang dari kerja, Mutiah menunjukkan perhatiannya yang luar biasa. Ia telah menyiapkan air mandi, pakaian ganti, dan makanan yang ia masak sendiri.
Mutiah menemani suaminya ke kamar mandi dan membantunya membersihkan tubuhnya. Setelah itu, mereka makan bersama.
Yang membuat Fatimah terharu adalah ketika Mutiah membawa cambuk dan memberitahu suaminya bahwa ia bisa memukulnya dengan cambuk tersebut jika masakan yang ia sajikan tidak disukai oleh suaminya.
Fatimah menangis haru dan bahagia. Melalui kisah Ummu Mutiah, ia belajar banyak tentang bagaimana menjadi seorang istri yang shalihah.
Mutiah menjadi teladan bagi setiap wanita yang ingin menjalani pernikahan dengan kesalehan, kepatuhan, dan kebahagiaan. Kepantasan Mutiah memasuki pintu surga terlebih dahulu mengingatkan Fatimah akan pentingnya menjaga keharmonisan dan ridho suami dalam pernikahan.