JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, menanggapi proposal perdamaian Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang ditolak Ukraina.
Hasto menekankan pentingnya pemahaman tentang geopolitik yang dimiliki oleh Indonesia.
Ia juga mengomentari pengetahuan geopolitik yang dimiliki oleh calon presiden Ganjar Pranowo.
Menurut Hasto, jika Ganjar yang mengajukan proposal tersebut, kemungkinan tidak akan ada penolakan karena sudah ada pemahaman yang matang sejak awal.
"Dan kalau Pak Ganjar bersikap, ndak akan terjadi kekeliruan ada penolakan proposal itu tidak ada. Karena ini tradisi bangsa," imbuh Hasto.
BACA JUGA: Ridwan Kamil Sebut Kereta Cepat Tidak Akan Berhenti di Stasiun Tegalluar, Terus di Mana Dong?
Hasto menjelaskan bahwa Ganjar Pranowo telah memainkan peran penting dalam menyusun seluruh kurikulum pendidikan partai, termasuk pengetahuan tentang geopolitik.
Sejak awal, kata dia, pengetahuan tersebut telah ditanamkan oleh tokoh-tokoh seperti Sukarno, Megawati, dan senior partai lainnya.
Hasto kemudian memberikan contoh mengenai perjuangan Ganjar terkait isu Palestina, di mana Ganjar berjuang tanpa memikirkan elektoral.
Ia menyebutkan bahwa pada tahun 1955, Indonesia telah berhasil mengumpulkan 29 negara dalam Konferensi Asia Afrika, dan satu-satunya yang belum merdeka sepenuhnya yang disebutkan dalam komunike politik adalah Palestina.
Hasto menyebut Ganjar sebagai pemimpin yang sesuai dengan kriteria Presiden Jokowi karena mementingkan prinsip dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan elektoral seperti calon lainnya.
"Maka Pak Ganjar berani sebagai pemimpin masuk kriteria Presiden Jokowi. (Calon) yang lain kan memikirkan elektoral," Hasto melanjutkan.
Hasto juga menyoroti keyakinan Ganjar dalam menjalankan prinsip hubungan luar negeri bebas aktif ketika ia mempertahankan Palestina, termasuk penolakan kedatangan Israel dalam Piala Dunia U-20 beberapa waktu lalu.
Hasto menyebut bahwa Ganjar memiliki keyakinan dalam prinsip-prinsip hubungan luar negeri bebas aktif.
"Pak Ganjar berani menyatakan sikapnya terhadap hubungan Palestina itu karena sudah ditandatangani oleh Bung Karno, Ali Sastroamidjojo, pada KAA di Bandung, spirit dari Dasa Sila Bandung," pungkas Hasto.
Kategori :