Afrika Diam-Diam Terbelah, Daratan Timur Bersiap Pisah dan Bentuk Samudra Baru

Afrika Diam-Diam Terbelah, Daratan Timur Bersiap Pisah dan Bentuk Samudra Baru

Afrika perlahan terbelah akibat pergerakan lempeng tektonik. Afrika Timur diprediksi terpisah dan membentuk samudra baru jutaan tahun lagi.-Foto: ZME Science-

JAKARTA, PostingNews.id – Di bawah kaki kita, Bumi ternyata tidak pernah benar-benar diam. Apa yang tampak kokoh dan abadi sebenarnya terus bergerak pelan, nyaris tak terasa oleh umur manusia. Salah satu kisah paling sunyi dari gerak itu kini sedang berlangsung di . Benua besar ini perlahan membuka luka panjang, seakan sedang bersiap membelah dirinya sendiri.

Prosesnya bukan tontonan dramatis seperti gempa atau letusan gunung. Ia berjalan senyap, dalam skala waktu jutaan tahun. Tapi ujung ceritanya tidak main-main. Afrika Timur suatu hari nanti bisa benar-benar terpisah dari daratan induknya, meninggalkan celah raksasa yang kelak terisi air laut dan melahirkan samudra baru.

Akar dari kisah ini ada pada Sistem Celah Afrika Timur, salah satu zona retakan terbesar di planet ini. Jalurnya membentang ribuan kilometer, memotong banyak negara dari Ethiopia, Kenya, Republik Demokratik Kongo, Uganda, Rwanda, Burundi, Zambia, Tanzania, Malawi, hingga Mozambik. Di sinilah benua Afrika diam-diam diregangkan.

Retakan raksasa ini menandai sebuah peristiwa besar di perut Bumi. Lempeng Afrika tidak lagi utuh. Ia terbelah menjadi dua bagian, lempeng Nubia yang lebih besar dan lempeng Somalia yang lebih kecil. Keduanya bergerak saling menjauh, sangat pelan, hanya beberapa milimeter per tahun. Angka sekecil itu terasa remeh, tapi dalam hitungan jutaan tahun, jarak tersebut cukup untuk memisahkan daratan.

Pada 2018, publik dunia sempat geger ketika foto-foto retakan besar di Kenya menyebar luas. Banyak yang mengira Afrika sedang terbelah tepat di depan mata. Pemandangannya memang mencolok, tanah terbelah seperti dibelah pisau raksasa. Namun gambaran itu menyesatkan jika dibaca sebagai bukti langsung perpecahan benua.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa retakan tersebut kemungkinan hanyalah ekspresi lokal dari aktivitas lembah retakan yang sudah lama terjadi. Sistem Celah Afrika Timur sendiri telah aktif sekitar 25 juta tahun. Retakan di Kenya lebih mirip bisikan kecil dari proses raksasa yang sedang berlangsung jauh di bawah permukaan.

Meski begitu, arah ceritanya tetap sama. Dalam lima hingga sepuluh juta tahun ke depan, perubahan di sistem celah ini bisa membentuk wajah dunia yang benar-benar berbeda. Pada titik itu, laut kemungkinan mulai menggenangi celah yang terus melebar. Samudra baru perlahan muncul di antara lempeng Somalia dan lempeng Nubia.

Jika saat itu tiba, Afrika akan kehilangan bahu timurnya. Daratan Afrika Timur akan terpisah dan berdiri sebagai entitas geografis baru, dipisahkan oleh hamparan air luas. Gambaran ini terdengar aneh, tapi sejarah Bumi penuh dengan kejadian serupa.

Permukaan planet ini selalu berada dalam kondisi berubah. Hanya saja, kecepatannya terlalu lambat untuk disaksikan dalam satu kehidupan manusia. Dunia yang kita anggap mapan hari ini sejatinya masih sangat muda dalam skala geologis.

Benua-benua yang kita kenal sekarang, dari Eurasia, Amerika, Afrika, Antartika, hingga Oseania, terbentuk karena pergerakan lempeng tektonik raksasa. Mereka bergerak, saling bertabrakan, saling menjauh, dan saling mengunci, seperti potongan puzzle yang terus disusun ulang.

Sekitar 138 juta tahun lalu, Bumi pernah mengalami perpecahan besar ketika Amerika Selatan dan Afrika berpisah. Hingga kini, jika memperhatikan pantai barat Afrika dan pantai timur Amerika Selatan, bentuknya masih tampak saling mengunci. Kesesuaian itu menjadi saksi bisu bahwa kedua benua tersebut dulu menyatu.

Terpisahnya Afrika Timur kelak hanyalah bab lain dari buku tebal sejarah geologi planet ini. Sebuah cerita panjang tentang daratan yang retak, laut yang lahir, dan wajah dunia yang terus berubah. Pertanyaannya bukan lagi apakah perubahan itu akan terjadi, melainkan apakah umat manusia masih akan ada untuk menyaksikannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share