Main Game Sebentar, Tahu-Tahu Berjam-jam, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Main Game Sebentar, Tahu-Tahu Berjam-jam, Ini Penjelasan Ilmiahnya

Anak bermain game edukatif 1200-ISTIMEWA (AI)-

POSTINGNEWS.ID — Fenomena kecanduan game semakin terlihat dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi kelompok usia muda. Banyak anak dan remaja kini menghabiskan sebagian besar waktunya di depan layar, hingga lupa makan, kurang tidur, dan menjauhi interaksi sosial. Statistik menunjukkan 43 persen Gen Z bermain game setiap hari.

Kecanduan ini bukan sekadar kebiasaan main, tetapi kondisi yang membuat pemain sulit berhenti meski sadar akan dampak buruknya. Lingkungan pertemanan yang juga hobi bermain game memperkuat pola tersebut.

Akibatnya, banyak pelajar dan pekerja muda mengalami penurunan fokus dan produktivitas.

Salah satu penyebab utama kecanduan adalah sistem hadiah dalam game. Reward berupa poin, karakter baru, hingga akses level lanjutan menciptakan rasa penasaran berulang.

BACA JUGA:Truk Mitra SPPG Nyelonong Hingga Tabrak Anak Sekolah, BGN: Turut Berdukacita

Mekanisme ini memang dirancang agar pemain terus kembali dan merasa puas setiap kali mencapai capaian baru dalam permainan.

Game juga sering menjadi ajang pelarian dari stres atau persoalan keluarga. Banyak pemain berlebihan karena ingin menghindari tekanan kehidupan nyata.

Perasaan senang saat bermain dipicu oleh dopamin, sehingga otak terbiasa mencari sensasi tersebut dan mengabaikan aktivitas yang lebih sehat.

Dalam jangka panjang, otak pemain menjadi kurang peka terhadap aktivitas yang sebelumnya menyenangkan seperti bersosialisasi atau menjalankan hobi lain.

BACA JUGA:DPR Mau 'Dibuang' dari Pemilihan Kapolri? Nasir Djamil Teriak: Suara Rakyat Dikemanain, Bos?

Ketergantungan dopamin dari game membuat pemain terus mengulang perilaku tersebut hingga sulit dikendalikan, bahkan memicu kecemasan ketika tidak bermain.

Tanda-tanda kecanduan terlihat dari sulitnya mengontrol durasi bermain serta munculnya gelisah saat tidak memegang game.

Kondisi ini dapat berkembang menjadi gangguan perilaku jika tidak disadari sejak awal. Beberapa pemain bahkan menunjukkan agresivitas ketika upaya bermain dibatasi.

Tipe kepribadian juga berperan. Individu dengan agreeableness rendah cenderung lebih kompetitif dan mudah terpancing konflik, sehingga menemukan ruang aman di game. Mereka merasa dunia game memberi ruang kontrol lebih besar dibanding dunia nyata yang penuh tekanan sosial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Share