Sibuk Cari Planet Baru, Padahal Tanah di Bawah Kaki Lagi 'Sekarat'! Yakin Masih Bisa Makan Enak Tahun Depan?
Ilustrasi Berita--vritimes.com
POSTINGNEWS.ID ---- Yang Sering Diinjak, Malah Paling Dilupakan Sobat, jujur deh, kapan terakhir kali kamu peduli sama tanah yang kamu pijak? Kecuali kalau lagi becek atau sepatu sneakers mahalmu kotor, biasanya kita cuek banget sama keberadaan tanah. Padahal, setiap tanggal 5 Desember, dunia merayakan World Soil Day. Sayangnya, peringatan ini sering kalah pamor sama hype teknologi atau berita viral lainnya.
Padahal, fakta di lapangannya serem banget, Bestie. Tanah itu bukan sekadar tempat buat nancepin tiang rumah, tapi fondasi dari 95% makanan yang masuk ke perut kita. Mulai dari nasi uduk sarapanmu sampai kopi senja favoritmu, semuanya butuh tanah sehat. Tapi realitanya? Tanah kita lagi dalam kondisi "kritis" alias sekarat gara-gara erosi, abrasi, dan polusi. Kita sibuk mikirin masa depan, tapi lupa kalau pijakan kita perlahan hancur.
Data Horor: 'Kiamat Kecil' yang Tak Terlihat
BACA JUGA:Gercep! Komdigi Blokir Situs PeduliLindungi yang Berubah Jadi Konten Judi Online
Kalau kamu pikir isu lingkungan cuma soal es di kutub yang mencair, kamu salah besar. FAO (Food and Agriculture Organization) merilis data yang bikin merinding: dunia kehilangan sekitar 24 miliar ton tanah subur setiap tahunnya! Setengah dari lahan pertanian di muka bumi ini udah mengalami degradasi.
Di Indonesia sendiri, musuhnya lebih nyata lagi, yaitu abrasi di pesisir pantai. Lautan pelan-pelan "memakan" daratan, bikin air asin masuk ke sumber air tawar (intrusi), dan bikin tanah jadi mandul. Kalau ini didiamkan, ancamannya bukan cuma lingkungan rusak, tapi krisis pangan dan bencana sosial. Petani gagal panen, nelayan kehilangan tempat tinggal, dan harga makanan bakal meroket gila-gilaan.
LindungiHutan: Cara Gaul Selamatkan Bumi
Nah, di tengah kabar suram itu, muncul harapan baru lewat startup lingkungan bernama LindungiHutan. Mereka hadir dengan konsep yang beda: menyelamatkan bumi nggak harus jadi aktivis yang turun ke jalan sambil teriak-teriak, tapi bisa lewat kolaborasi digital yang seamless.
LindungiHutan adalah platform crowdfunding yang nge-jembatani niat baik kamu (dan duit CSR perusahaan) dengan aksi nyata di lapangan. Mereka nggak cuma tanam pohon asal-asalan lalu ditinggal selfie. Enggak, Sob! Mereka fokus pada pemulihan kesehatan tanah lewat restorasi ekosistem, terutama menanam mangrove di pesisir yang rawan abrasi.
Kenapa Mangrove? Karena akar mangrove itu ibarat "beton alami". Dia bisa menahan sedimen tanah biar nggak hanyut ke laut, sekaligus jadi filter alami. Hasilnya? Tanah kembali stabil, abrasi berkurang, dan warga lokal bisa kembali tersenyum karena mata pencaharian mereka aman.
Kolaborasi yang Bikin 'Cuan' Buat Alam
CEO LindungiHutan, Ben, menegaskan poin penting: "Tanah yang sehat adalah syarat utama kehidupan. Tapi pemulihannya butuh keroyokan." Makanya, LindungiHutan menggandeng lebih dari 600 brand dan perusahaan lewat program kece kayak Corporatree dan Collaboratree.
Ini bukan sekadar donasi amal, tapi investasi masa depan. Setiap pohon yang ditanam dipantau ketat, ada laporan dampak lingkungannya, bahkan ada monitoring berbasis foto. Jadi, perusahaan yang nyumbang bisa pamer data valid soal berapa karbon yang udah mereka serap. Transparan banget, kan?
LindungiHutan memberdayakan petani bibit dan warga lokal di lebih dari 30 lokasi penanaman. Jadi, dampaknya double kill: alamnya sembuh, ekonomi warganya tumbuh.
BACA JUGA:Act of Love Foundation Gandeng LindungiHutan Tanam, Mangrove Hijaukan Pesisir Pulau Pari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: vritimes.com