Terkuak! Diduga Jadi Dalang Banjir Sumut, Ini Pemilik PT Toba Pulp Lestari
Banjir Sumatera dipicu rusaknya kawasan hulu akibat konflik agraria dan ekspansi lahan. Ratusan korban tewas menegaskan krisis ekologis makin parah.-Foto: Dok. BPBD Kabupaten Agam-
POSTINGNEWS.ID - PT Toba Pulp Lestari Tbk saat ini disorot warga Sumatera Utara setelah perusahaan tersebut dikaitkan dengan bencana banjir besar dan longsor di Sumatra.
Emiten berkode INRU itu membantah keras tudingan sebagai penyebab bencana yang menelan lebih dari 600 korban jiwa pada 1 Desember 2025.
Kisah panjang Toba Pulp Lestari bermula saat perusahaan ini masih bernama PT Inti Indorayon Utama Tbk. Didirikan pada 26 April 1983 oleh Sukanto Tanoto, perusahaan memproduksi bubur kertas dan serat rayon berbahan kayu. Namanya melambung tetapi juga diselimuti kontroversi lingkungan.
Pada 16 Mei 1990, Indorayon melantai di Bursa Efek Indonesia menggunakan kode INRU yang tetap dipakai hingga kini.
BACA JUGA:Ketua Umum PBNU Yahya Staquf Mengaku Diteror Sejak Konflik Internal Membara
Meski begitu, perjalanan usaha perusahaan diwarnai konflik agraria, pencemaran sungai, hingga tuduhan deforestasi yang memicu penolakan masyarakat sekitar kawasan operasional.
Puncak polemik terjadi pada 1999 ketika Presiden BJ Habibie menghentikan operasi pabrik dan menunjuk auditor independen menelusuri dugaan pencemaran.
Namun audit tidak pernah dijalankan. Kebijakan itu dilanjutkan Presiden Abdurrahman Wahid sebelum kemudian perusahaan kembali beroperasi pada 2000.
Saat beroperasi kembali pada 2000, perusahaan diwajibkan menghentikan produksi rayon.
Di tahun yang sama, Indorayon mengganti nama menjadi Toba Pulp Lestari sembari mengubah struktur kepemilikan saham. Perubahan ini menjadi titik balik baru bagi perjalanan perusahaan tersebut.
BACA JUGA:Jejak Mikroplastik dari Sepatu Pendaki Ternyata Menyebar ke Seantero Gunung
Berdasarkan keterbukaan Bursa Efek Indonesia, kepemilikan saham mayoritas Toba Pulp Lestari kini berada di perusahaan investasi Hong Kong, Allied Hill Limited, dengan porsi 92,54 persen.
Sementara 7,46 persen saham sisanya digenggam publik. Ini menandai berakhirnya era kepemilikan Sukanto Tanoto.
Allied Hill sendiri merupakan perusahaan yang sepenuhnya dimiliki Everpro Investments Limited, entitas yang dikendalikan pengusaha Joseph Oetomo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News