BMKG Blak-blakan: Indonesia Tak Siap Hadapi Bencana Banjir Sebesar di Sumatera
BMKG akui Indonesia belum siap hadapi dampak siklon tropis sehingga banjir Sumatera menimbulkan banyak korban. Begini penjelasan lengkapnya.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id – Gelombang protes soal kenapa banjir dan longsor di Sumatera bisa makan korban begitu banyak akhirnya dijawab langsung oleh Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani. Ia menjelaskan bahwa walaupun BMKG sudah teriak memberi peringatan dini sampai 8 hari sebelumnya, faktanya Indonesia memang belum punya refleks cepat menghadapi bencana yang dipicu siklon tropis.
Masalah utamanya, kata Teuku, sejak dulu Indonesia merasa aman-aman saja dari yang namanya tropical cyclone. Siklon tropis itu dianggap tetangga sebelah, bukan tamu yang bakal mampir ke tanah air. Negara yang rutin diserbu siklon seperti Jepang, Filipina, Taiwan, atau Hong Kong sudah terbiasa sehingga sistem mereka jauh lebih siap.
"Mengapa kesiapsiagaannya masih belum optimal? Ini karena begini. Sejak dari kita tumbuh, bahwa kita tidak merasa bahwa Indonesia ini adalah daerah yang rawan terhadap siklon," ujar Teuku kepada wartawan, Selasa, 2 Desember 2025. Ia menjelaskan bahwa wilayah yang biasa kena siklon berada di atas 5 derajat lintang, sementara Indonesia ada di zona yang relatif aman.
"Bahkan di atas utaranya Papua itu terbentuk bibit siklon yang tahunan itu, bergerak melintasi Filipina berhenti di Laut Cina Selatan. Itu lebih dari 10 kali setahun. Mereka lebih siap," sambungnya. Sementara Indonesia, kata dia, tidak kewalahan karena salah perhitungan, tapi memang karena fenomenanya tidak lazim terjadi.
BACA JUGA:631 Tewas, 472 Hilang, Pemerintah Siapkan Huntara untuk Korban Banjir Sumatera
"Kita siklon tropis itu bukan kejadian yang lazim, karena kita berada tidak lebih dari 5 derajat Lintang Utara atau Selatan. Ini kejadian akibat anomali cuaca dan atmosfer," ujar Teuku lagi. Jadi ketika datang bencana dengan skala sebesar kemarin, negara belum siap sepenuhnya menahan dampaknya.
Meski begitu, ia memastikan pemerintah sebenarnya sudah menjalankan berbagai mitigasi. Begitu BMKG memberi informasi soal siklon tropis, semua perangkat daerah diminta bergerak. Drainase dibersihkan, aparat disiagakan, dan warga diingatkan untuk menyiapkan kebutuhan pangan kalau sewaktu-waktu mereka terisolasi.
"Ketika diberi informasi soal siklon, persiapannya cukup banyak," imbuh Teuku. Pemerintah mencoba meminimalisasi dampak, tapi hujan ekstrem yang turun hanya dalam hitungan jam membuat banyak wilayah tidak sanggup menahan debit air.
Soal peringatan, BMKG mengaku sudah memberi kabar jauh-jauh hari. Untuk Sumatera Utara, peringatan cuaca ekstrem diberikan 8 hari sebelum bencana. Sementara Aceh dan Sumatera Barat mendapat warning 4 hari sebelumnya.
BACA JUGA:Setelah Sumatera Kacau, Cak Imin Minta Bahlil dan Raja Juli Lakukan Taubat Nasuha
"Berikut kami sampaikan analisis dari BMKG terkait dengan cuaca terkini," ujar Teuku dalam rapat di DPR.
Ia menegaskan publikasi peringatan dini itu disebar ke Forkopimda, BPBD, hingga pemerintah daerah. Bahkan beberapa kepala daerah disebut langsung merespons dengan mengingatkan warganya melalui berbagai kanal. "Ini terus di-update setiap 2 hari bahwa akan terjadi cuaca ekstrem pada tiga wilayah ini," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News