Banjir Sumatra Baru Pembuka, Siklon Tropis Diprediksi Kian Beringas
Banjir Sumatra dinilai sinyal awal. Siklon tropis ke depan diprediksi makin kuat, hujan ekstrem lebih sering, risiko bencana meningkat.-Foto: Antara-
Laut memanas, atmosfer memanas, uap air menggendut. Kombinasinya seperti bensin di dekat api. Penelitian terbaru menyebut kecepatan angin maksimum badai pada 2019–2023 naik rata-rata 30 km per jam. Atmosfer yang lebih hangat memegang lebih banyak air, ketika dilepas jadilah hujan tanpa jeda. Badai Harvey tahun 2017 jadi bukti pahit. Dalam tiga hari, 100 cm hujan jatuh di atas Houston.
BACA JUGA:JK Hitung Pemulihan Banjir Sumatera Butuh Rp 60 Miliar, Warga Diajak Patungan Kemanusiaan
Arus badai pun terlihat bergerak lebih lambat. Artinya, satu wilayah dipercaya bisa diguyur hujan berkali lipat durasi normal. Pola rapid intensification atau badai yang dalam hitungan jam naik level kekuatannya juga makin sering muncul di Atlantik. Semakin sulit ditebak, semakin berbahaya.
Permukaan laut yang naik akibat es mencair juga menambah masalah. Gelombang badai datang membawa air yang sudah tinggi sejak awal, sehingga banjir pesisir melonjak lebih dari seharusnya. Pada Badai Katrina tahun 2005, studi memperkirakan tinggi banjirnya bisa 15–60 persen lebih tinggi dibanding dunia tahun 1900 yang lebih dingin.
IPCC kini punya keyakinan tinggi bahwa manusia ikut memperkuat hujan badai. Ada keyakinan sedang bahwa badai makin mudah mencapai kategori besar. Dan ke depan, badai kategori empat dan lima bisa jadi menu utama. Dengan pemanasan dunia 1,5°C, proporsinya bisa naik sekitar 10 persen. Jika dunia naik 4°C, ancaman badai hampir dua kali lipat lebih brutal.
Mahawan Karuniasa kembali memberi peringatan yang nadanya tidak bisa dianggap angin lalu. “Oleh karena itu, saya kira kita tidak lagi melihat kewajaran dengan cara pandang yang lama. Yang lebih penting adalah bahwa kita harus siap memasuki normalitas baru, meningkatkan ketahanan terhadap berbagai bencana, khususnya bencana banjir seperti di tiga provinsi kali ini,” ujarnya.
BACA JUGA:Siap Rekonsiliasi, Gus Yahya Sudah Pasang Badan untuk Damai
Ia menyarankan pemerintah memperkuat sistem peringatan dini, memperbaiki tata ruang seperti yang pernah ia rancang di Tapanuli Selatan dan Mandailing Natal, serta segera memulihkan ekosistem. Sebab jika badai datang kembali dengan tenaga penuh, kita butuh lebih dari doa untuk tetap berdiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News