Bukan Soal Zionisme, Mahfud Bilang Ribut PBNU Gara-Gara Tambang
Mahfud MD menyebut gejolak di PBNU bukan soal zionisme, tapi konflik pengelolaan izin tambang yang memicu desakan mundur Gus Yahya.-Foto: Tangkapan layar YouTube Mahfud MD Official-
JAKARTA, PostingNews.id — Beritanya sudah panas, tapi Mahfud MD baru turun dari menara gading komentator politiknya. Dengan wajah datar ala profesor yang sudah kenyang urusan hukum dan politik, ia akhirnya buka suara soal drama PBNU yang belakangan ini seperti sinetron malam tanpa jeda.
Menurutnya, di balik seruan agar Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mundur dalam tiga hari seperti ultimatum kredit motor menunggak, ada persoalan yang jauh lebih gurih daripada sekadar isu Zionisme dan tata kelola organisasi.
Mahfud menyebut desakan mundur itu bukan hanya soal dakwah dan disiplin organisasi, melainkan rebutan dapur tambang yang asapnya bikin ruangan PBNU makin pengap.
Katanya dengan nada menahan geli, konflik ini sebenarnya berakar dari urusan konsesi tambang yang baru dibuka untuk PBNU. Ada kubu yang ingin A, ada yang ingin B, dan akhirnya organisasi pecah urat.
BACA JUGA:Silaturahmi dengan PKS, AHY Sekalian Curhat Soal Trauma Kudeta Partainya oleh Moeldoko
Kisruh meledak sejak Jumat 21 November 2025. Risalah Rapat Harian Syuriyah PBNU yang beredar seperti pamflet lomba tumpeng, menyebut bahwa Gus Yahya harus mundur dalam tiga hari, dan kalau tidak, akan dicopot resmi.
Isinya mencantumkan dugaan pelanggaran berat, seperti mengundang narasumber yang terafiliasi dengan jaringan Zionisme Internasional dalam acara Akademi Kepemimpinan Nasional NU, plus soal tata kelola keuangan yang kusut seperti kabel PLN rumah lama.
Namun Mahfud MD datang dengan versi di balik layar. Lewat podcast Terus Terang di kanal YouTube miliknya pada Senin 24 November 2025, ia bilang tidak memihak siapa pun. Fokusnya hanya satu, agar NU tidak rusak berkeping seperti piring jatuh. Menurut Mahfud, pertikaian sebenarnya bukan murni ideologi, tapi soal jatah tambang yang bikin semua pihak ingin memegang gagang sendok.
“Saya sudah bicara ke dalam, itu asal muasalnya soal pengelolaan tambang. Itu konflik dalam soal pengelolaan tambang, yang satu ingin ini, yang satu ingin itu, dan berpecah,” ungkap Mahfud, lugas seperti biasa.
BACA JUGA:Guru BK Dilatih Antiteror Oleh Densus 88, Bullying Kini Dianggap Ancaman Nasional
Ia menyayangkan drama ini terjadi padahal masa jabatan PBNU tinggal satu tahun lagi. Katanya, masih sempat jika semua mau duduk bareng menurunkan tensi politik internal. “Oleh sebab itu, menurut saya, kenapa sih tinggal setahun? Sudahlah, lupakan itu semua. Bersatu sekarang kembali, demi NU. Kita malu-lah urusan tambang begitu,” ujar Mahfud.
Mahfud juga menepuk memori publik soal ironi sejarah. Dulu PBNU turut menggugat keberadaan BP Migas karena sarat korupsi. Ia yang saat itu menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi bahkan mengetok putusan pembubaran BP Migas di November 2012. Gugatan datang dari PBNU dan Muhammadiyah, dan alasan yang sama kini muncul ke permukaan, namun justru di internal rumah sendiri.
“Karena dulu begini, saya ingat tahun 2012 di bulan November itu, saya memutus pembubaran BP Migas karena pengelolaan tambang di Indonesia penuh korupsi antara pengatur dan pelaksanaannya di lapangan itu, sama yang mengevaluasi, korupsinya banyak sekali, sehingga BP Migas saya bubarkan,” jelas Mahfud.
Dulu PBNU ikut menggedor pintu hukum membubarkan lembaga tambang negara. Kini mereka ribut di serambi sendiri karena hal serupa. Dunia berputar cepat, tapi tambang sepertinya tetap punya gravitasi paling kuat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News