Kemenhaj Akui Pembimbing Haji Perempuan Minim, Pemerintah Baru Gerak Sekarang
Kemenhaj mengakui jumlah pembimbing haji perempuan masih kurang. Pemerintah mulai menambah dan sertifikasi pembimbing demi layanan jemaah 2026.-Foto: Antara-
JAKARTA, PostingNews.id — Blusukan urusan haji biasanya identik dengan rapat, tabel anggaran, atau urusan kuota yang bikin dahi berlipat. Tapi kali ini, ada satu bagian yang justru bikin pejabat ikut geleng-geleng karena kenyataannya terlalu jelas untuk dihindari.
Wakil Menteri Haji dan Umrah RI, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengakui satu hal yang sejak lama sudah dibisikkan para jemaah perempuan di Tanah Suci. Jumlah pembimbing perempuan masih minim padahal mayoritas jemaah Indonesia adalah perempuan.
Ia bicara lugas di hadapan peserta Program Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah di Tangerang. “Data menunjukkan banyak kebutuhan jemaah perempuan yang belum sepenuhnya terlayani. Maka peningkatan kualitas dan jumlah pembimbing perempuan menjadi prioritas,” kata Dahnil, mengakui kondisi yang sebetulnya sudah lama dikeluhkan lapangan.
Dahnil memberikan apresiasi untuk UIN Jakarta yang menjadi PTKIN pertama menyelenggarakan sertifikasi pembimbing haji. Menurutnya, langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang ingin transformasi penyelenggaraan haji dilakukan secara kolaboratif dan tanpa ego sektoral.
BACA JUGA:Sultan HB X Bikin Prabowo Kaget: Saya Kira Kapten Pasukan Khusus
“Presiden berpesan bahwa transformasi haji harus menjaga semangat persatuan. Pemerintah ingin mengakumulasikan capaian dari para pendahulu, memperkuat keunggulan yang sudah ada, dan menciptakan keunggulan baru dalam pelayanan haji Indonesia,” tutur Dahnil.
Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Asep Saepudin Jahar, menyambut hal itu sambil menegaskan bahwa sertifikasi ini penting agar pembimbing benar-benar memenuhi standar kompetensi. “Ini langkah penting untuk memastikan pembimbing haji dan umrah memiliki kompetensi standar dan memahami kebutuhan jemaah secara profesional,” ucap Asep.
Tak hanya sertifikasi, Kemenhaj juga mendorong UIN Jakarta membentuk pusat kajian haji untuk memperkuat riset dan kebijakan. Asep menyatakan kesiapan kampus untuk bergerak ke arah sana. “Kami siap mendukung agar program ini terus berlanjut dan melahirkan SDM yang berkualitas,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Haji dan Umrah, Irfan Yusuf, juga menegaskan bahwa pembimbing perempuan akan ditambah dalam penyelenggaraan haji 2026. “Peran pembimbing perempuan menjadi aspek krusial agar jemaah wanita mendapatkan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhan ibadah dan kenyamanan mereka selama di Tanah Suci,” ujar Irfan.
BACA JUGA:Curhat Soal Melon dan Pepaya, Bapak Warga Kepulauan Seribu Ini Baru Sadar Ngobrol Sama Gibran
Menurut Irfan, pembimbing perempuan memiliki peran strategis dalam perlindungan jemaah, terutama di area pemondokan, lokasi ibadah, hingga sesi bimbingan rohani yang butuh pendekatan sensitif gender. Karena itu, peningkatan jumlah pembimbing juga akan dibarengi pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, dan penguatan kompetensi bekerja sama dengan KBIHU.
Dengan kebutuhan jemaah perempuan yang makin banyak dan dinamika ibadah haji yang makin kompleks, pemerintah kini sadar bahwa urusan pendampingan tak bisa lagi diserahkan pada struktur lama. Kalau mayoritas jemaah adalah perempuan, ya pembimbing perempuan memang harus hadir lebih banyak. Baru kali ini pemerintah terlihat cukup terang-terangan mengakui hal yang sebenarnya sudah jelas sejak lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News