Geng Solo Belum Tersingkir, Refly Harun Sebut Oligarki Masih Aman di Lingkar Istana

Refly Harun menilai Prabowo belum sepenuhnya lepas dari bayang Geng Solo. Oligarki disebut masih aman bercokol di lingkar kekuasaan.-Foto: IG @prabowo-
JAKARTA, PostingNews.id – Pakar hukum tata negara Refly Harun ikut menyoroti analisis Muhammad Said Didu soal langkah-langkah Presiden Prabowo Subianto membebaskan diri dari cengkeraman kelompok yang disebutnya sebagai Geng Solo Oligarki Parcok.
Dalam kanal YouTube miliknya, Refly mengulas strategi yang disebut Said Didu sebagai strategi lima sendok, perumpamaan untuk menggambarkan bagaimana Prabowo sedang berusaha memakan bubur panas secara perlahan tanpa terbakar lidahnya sendiri.
Dalam analisis yang dikutip Refly, lima sendok itu masing-masing diisi oleh figur strategis yang dinilai punya peran penting.
Ada Jamari Chaniago sebagai Menko Polkam untuk mengendalikan kepolisian, Safri Samsudin di kursi Menteri Pertahanan untuk merebut kembali aset negara dari cengkeraman oligarki, Ahmad Dofiri sebagai penasihat khusus reformasi kepolisian, lalu Purbaya yang disebut akan membongkar kebijakan ekonomi lama Sri Mulyani lewat kursi Menteri Keuangan, dan Rosan Roslani sebagai Menteri Investasi sekaligus CEO Danantara untuk menutup pintu masuk Geng Solo dari jalur BUMN.
BACA JUGA:KPK Tak Cuma Kejar Kuota Haji, Sekarang Juga Intip Dapur dan Kasur Jamaah
Namun, Refly tidak langsung menelan mentah-mentah teori itu. Ia justru menunjukkan beberapa hal yang menurutnya kontradiktif dengan klaim Said Didu, terutama setelah muncul kabar Hasan Nasbi diangkat sebagai Komisaris Pertamina.
“Hari ini kita mendengar bahwa Hasan Nasbi diangkat sebagai komisaris Pertamina. Jadi sebenarnya serius apa enggak ya?” kata Refly, menyiratkan nada skeptis.
Refly juga mengajukan pertanyaan lebih tajam apakah benar pergeseran Erick Thohir ke Kementerian Pemuda dan Olahraga semata-mata karena tekanan Geng Solo atau justru karena Prabowo ingin menguasai BUMN sepenuhnya melalui Danantara.
Ia menambahkan bahwa jika memang tujuan strategi lima sendok adalah untuk menghapus pengaruh lama, maka keberadaan sejumlah tokoh seperti Bahlil Lahadalia, Airlangga Hartarto, dan Raja Juli Antoni di lingkaran kekuasaan menimbulkan tanda tanya besar. “Tidak selamanya benar sendok menyendok bubur panas ini,” ujarnya.
BACA JUGA:Amran Janji Tiga Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras
Refly menutup analisanya dengan nada reflektif. Ia menduga Prabowo bisa jadi masih menimbang langkah, seorang pemimpin yang serba ragu dan penuh kompromi, atau mungkin sedang menunggu waktu untuk benar-benar menempatkan orang-orang pilihannya sendiri.
Ia mengingatkan agar publik menilai pejabat bukan lagi dari geng atau kelompok mana mereka berasal, melainkan dari apa yang mereka kerjakan dan seberapa bersih mereka melakukannya.
“Sudah saatnya kita tidak lagi mengidentifikasi orang berdasarkan apakah dia geng Solo atau tidak, tetapi kita mengidentifikasi orang berdasarkan kinerjanya, berdasarkan integritasnya,” kata Refly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News