Eropa Mulai Siaga, Perang Dunia Di Depan Mata?

Eropa Mulai Siaga, Perang Dunia Di Depan Mata?

Ilustrasi perang dunia -ISTIMEWA (AI)-

POSTINGNEWS.ID - Eropa kembali memanas setelah menuding Rusia tengah merencanakan operasi perang hibrida yang terkoordinasi dan sistematis dengan tujuan mengacaukan stabilitas serta memecah belah kawasan Eropa.

Hal itu disampaikan langsung oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, di hadapan anggota Parlemen Uni Eropa pada Kamis (10/10/2025).

Von der Leyen menegaskan bahwa serangkaian insiden yang terjadi di berbagai negara Eropa bukan sekadar tindakan acak atau pelecehan biasa, melainkan bagian dari kampanye terstruktur yang dirancang untuk melemahkan solidaritas antarnegara anggota.

 Ia menyebut berbagai peristiwa tersebut sebagai “perang hibrida” yang perlu ditanggapi dengan sangat serius.

Ini adalah perang hibrida, dan kami harus menanggapinya dengan sangat serius," ujar Von der Leyen

Dalam penjelasannya, Von der Leyen memaparkan sejumlah insiden yang diduga berkaitan dengan operasi tersebut, mulai dari pelanggaran wilayah udara Estonia oleh jet tempur MiG, penerbangan drone di atas situs-situs penting di Belgia, Polandia, Romania, Denmark, dan Jerman, hingga serangan siber yang menargetkan bandara dan jaringan logistik di beberapa negara.

Selain itu, terjadi pula sabotase terhadap kabel bawah laut yang berdampak pada komunikasi dan transportasi data antarwilayah Eropa.

Menurut Von der Leyen, berbagai aksi ini sengaja dirancang agar tetap berada dalam “wilayah abu-abu”, sehingga sulit bagi otoritas Eropa untuk menemukan bukti langsung yang menuding Moskow sebagai pelakunya.

“Serangan hibrida dapat terjadi di mana saja — mulai dari kabel di Laut Baltik, sistem IT, hingga drone yang melintas di atas negara-negara kita. Ini adalah bentuk provokasi nyata yang tak bisa dianggap remeh,” ujar Von der Leyen.

Senada dengan itu, Perdana Menteri Luksemburg Luc Frieden menekankan bahwa meskipun Eropa tidak menginginkan perang terbuka dengan Rusia, mereka harus menanggapi ancaman tersebut dengan tegas.

 “Kami ingin mengatakan kepada Rusia: jangan coba-coba. Hentikan dan mundurlah. Kalian tidak akan mampu menaklukkan Eropa,” ucap Frieden menegaskan.

Berdasarkan laporan intelijen keamanan Dragonfly, aktivitas kampanye hibrida Rusia di Eropa meningkat tajam sejak invasi besar-besaran ke Ukraina dimulai pada 2022.

Dari total 219 insiden yang dicurigai terkait perang hibrida sejak 2014, sekitar 86 persen di antaranya terjadi dalam tiga tahun terakhir.

Negara-negara Baltik, Polandia, dan Jerman disebut sebagai target utama operasi tersebut karena posisi mereka yang secara terbuka mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia. Moskow sendiri menepis tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai propaganda anti-Rusia dari Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News