Prabowo Beri Penghargaan untuk Polisi yang Terluka, Demonstran yang Tewas Dapat Labelisasi

Presiden Prabowo beri penghargaan untuk polisi yang terluka dalam demo. Tapi, demonstran tewas justru dilabeli anarkis dan perusuh.-Foto: IG @presidenrepublikindonesia.-
JAKARTA, PostingNews.id – Di tengah kabut gas air mata dan gelombang protes yang makin menyengat di jalanan Ibu Kota, Presiden Prabowo Subianto melangkah masuk ke jantung luka negara: RS Polri. Hari ini, Senin, 1 September 2025, tak hanya luka fisik yang dijenguknya, tapi juga luka psikologis bangsa yang terbelah antara idealisme di jalanan dan trauma di ruang perawatan.
Para anggota kepolisian yang dilarikan ke RS Polri adalah korban dari benturan di garis depan demonstrasi selama sepekan terakhir. Presiden pun tak tinggal diam. Ia datang dengan mandat dan keputusan agar seluruh aparat Polri yang terluka harus diberikan kenaikan pangkat luar biasa.
Tak berhenti di sana, Prabowo juga melayangkan tudingan serius kepada pihak-pihak yang ia sebut sebagai perusuh. Bukan sekadar demonstran, tapi mereka yang datang dengan niat membakar dan menghancurkan. Gedung DPRD jadi sasaran, instansi negara ikut terbakar, dan Prabowo menyebut semua itu sebagai tindakan yang ditujukan untuk mengganggu kehidupan rakyat dan menghancurkan upaya pembangunan.
Laporan resmi menyebutkan, 43 orang terluka dalam rangkaian unjuk rasa, dengan 17 di antaranya masih dirawat. Tiga korban adalah warga sipil. Salah satu kasus yang membuat Prabowo tertegun adalah seorang anggota yang ginjalnya remuk karena diinjak-injak hingga rusak parah. “Sekarang harus cuci darah. Saya tidak tahu tapi kalau perlu kita cari transplantasi,” ujarnya penuh empati.
Dengan tegas, Prabowo memerintahkan Kapolri untuk memberikan penghargaan tertinggi kepada aparat yang terluka. “Saya minta semua petugas dinaikkan pangkat luar biasa karena bertugas di lapangan, membela negara, membela rakyat, menghadapi anasir-anasir,” ujar Prabowo.
Namun, di tengah pembelaan itu, Prabowo juga melontarkan kalimat yang menohok sekaligus kontroversial. Ia mengakui bahwa “kadang-kadang polisi karena menegakkan hukum, kadang ada yang khilaf, kadang ada keterpaksaan.” Baginya, penyebab utama korban adalah pihak-pihak yang memulai kerusuhan. “Yang benar-benar salah adalah yang buat kerusuhan, sampai rakyat tidak berdosa korban,” tuturnya.
Pernyataan ini muncul saat sorotan tajam diarahkan ke tubuh Polri, terutama setelah kematian tragis Affan Kurniawan, pengemudi ojek daring yang tewas dilindas kendaraan taktis Polri. Affan bukan demonstran politik, bukan aktivis, bukan pengacau. Ia hanya warga biasa yang terjepit situasi. Kematian Affan menyulut kemarahan horizontal di mana para driver ojol mengepung Markas Brimob, memicu gelombang unjuk rasa lanjutan di berbagai daerah.
Meski begitu, Prabowo menyampaikan bahwa Polri telah menindak setiap kesalahan yang dilakukan aparatnya. “Kalau ada kesalahan akan ditindak,” ujarnya.
Prabowo pun mengingatkan publik untuk tidak hanya menyorot kesalahan aparat, tapi juga mengakui “puluhan aparat kepolisian yang bertugas siang dan malam menjaga keamanan di seluruh pelosok Tanah Air.” Ia hadir sebagai panglima tertinggi yang tak hanya menegur, tapi juga mengapresiasi. “Saya merasa harus menengok mereka, bertemu para orang tuanya, saya ucapkan terima kasih atas nama negara, saya perintahkan mereka diberi penghargaan, naik pangkat, masuk sekolah,” katanya.
Dalam satu kunjungan ke rumah sakit, Prabowo mencoba berdiri di antara dua sisi, antara luka demonstran dan luka aparat, antara idealisme masyarakat dan kewibawaan negara.
Presiden Menghunus Sumpah
Setelah menyapa aparat yang terbaring di rumah sakit, Prabowo Subianto mengalihkan sorot lampu ke pihak lain, yakni para perusuh. Mereka yang dituding sebagai biang keladi kekerasan, pembakaran, dan kekacauan. Kepada wartawan, ia mengumumkan bahwa para pelaku sedang diselidiki.
“Sudah ada indikasi-indikasi dan kita tidak akan ragu-ragu membela rakyat, saya akan hadapi mafia-mafia sekuat apa pun. Saya hadapi atas nama rakyat. Saya bertekad memberantas korupsi sekuat apa pun mereka. Demi Allah saya tidak akan mundur setapak pun,” ucap Prabowo, sebelum meninggalkan lokasi tanpa memberi ruang tanya-jawab.
Namun, tak semua pengunjuk rasa masuk dalam radar “perusuh.” Prabowo menyampaikan pembedaan penting bahwa demonstran murni harus dilindungi. Mereka yang beraksi secara damai, sesuai prosedur dan aturan Undang-Undang, adalah bagian sah dari demokrasi. “Demonstran murni yang baik justru oleh aparat harus dilindungi,” ujar Prabowo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News