Kisah Paiman Raharjo, dari Tukang Sapu yang Sukses Jadi Wakil Menteri hingga Kontroversi Ijazah Palsu Jokowi

Perjalanan hidup Paiman Raharjo dari tukang sapu hingga Wamen Jokowi, kini terseret isu ijazah palsu yang menyeret nama Presiden ke-7 RI.-Foto: Antara.-
JAKARTA, PostingNews.id - Nama Paiman Raharjo belakangan ramai dibicarakan publik. Sosok profesor yang dikenal sebagai akademisi sekaligus relawan setia Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini tengah menjadi sorotan karena terseret isu sensitif soal tudingan terlibat dalam pembuatan ijazah palsu Jokowi.
Padahal, perjalanan hidup Paiman sendiri merupakan narasi inspiratif from zero to hero – dari latar belakang “orang kecil” yang pernah bekerja serabutan, merintis karier akademik hingga meraih jabatan Wakil Menteri.
Kisah transformasi karier dan keterkaitannya dengan Jokowi inilah yang membingkai posisi Paiman dalam pusaran politik dan kontroversi terkini.
Dari Tukang Sapu hingga Kursi Wakil Menteri
Paiman Raharjo lahir di Klaten, Jawa Tengah, 15 Juni 1967. Kondisi ekonomi keluarga yang sederhana membuatnya menempa diri sejak muda. Setelah lulus SMP pada 1985, ia merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib.
BACA JUGA:Sukses Curi Perhatian, 5 Drama Choo Young Woo Ini Wajib Langsung Masuk Watchlist!
Di ibu kota, Paiman mengawali karier dari bawah sebagai tukang sapu di Yayasan Gembala Baik, sebuah pekerjaan kasar yang ia lakoni dengan tekun demi menyambung hidup.
Meski pekerjaannya saat itu terbilang sederhana, Paiman tidak menyerah pada keadaan. Selain menyapu, ia pernah menjalani tugas sebagai petugas keamanan (satpam) hingga berkebun di lingkungan yayasan tempatnya bekerja. Seiring itu, diam-diam ia menyimpan tekad melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Semangat belajar menjadi kunci lompatan hidup Paiman. Sambil bekerja, ia menempuh pendidikan kejuruan dan berhasil lulus dari STM Budhaya, Jakarta, pada tahun 1989.
Tak berhenti di sana, ia meneruskan kuliah S1 Ilmu Administrasi dan kemudian meraih gelar Magister (S2) Administrasi di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), Jakarta. Cita-citanya mendorong ia naik ke jenjang pendidikan tertinggi.
Paiman sukses menyelesaikan program Doktor (S3) Ilmu Administrasi di Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Semua ditempuhnya secara perlahan sembari bekerja dan berwirausaha kecil-kecilan.
“Dulu hanya orang kecil yang berjuang untuk kuliah. Usaha itu saya jalankan dari 1997 sampai 2002. Setelah itu saya jual semua, lalu fokus mengajar,” ujarnya mengenang masa-masa merintis usaha fotokopi demi membiayai kuliah.
Berbekal pendidikan tinggi, karier Paiman di dunia akademik menanjak. Usai meraih gelar doktor, ia mengabdikan diri sebagai dosen di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).
Kompetensi dan etos kerjanya membuat ia dipercaya menduduki berbagai posisi strategis, mulai dari kepala subbagian, wakil dekan, hingga direktur program pascasarjana. Puncaknya, Paiman diangkat menjadi Rektor Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), jabatan tertinggi di kampus tempatnya mengajar. Gelar profesor pun melekat pada namanya.
Dalam kesehariannya di kampus, Paiman dikenal rendah hati dan religius. Ia kerap memotivasi mahasiswa dari kalangan ekonomi lemah bahwa kemiskinan bukan halangan untuk meraih pendidikan tinggi, seraya mengutip adagium Jawa “urip iku urup” (hidup itu harus memberi terang bagi sesama).
Tidak hanya berkarier di lingkungan akademis, Paiman juga menekuni dunia usaha demi meningkatkan taraf hidup. Sejak usia muda ia telah mencoba berbagai bisnis kecil, mulai usaha percetakan dan fotokopi dokumen, jasa pengetikan, membuka warung makan, biro travel, usaha kos-kosan, sampai bisnis properti.
Keuletannya berwirausaha ini ditempa dari bawah, pengalaman pernah memiliki kios fotokopi di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta, misalnya, menjadi bagian dari perjuangannya menata ekonomi keluarga. Paiman menegaskan kios kecil yang ia kelola pada akhir 1990-an itu semata-mata untuk penghidupan dan bukan usaha percetakan besar. “Saya hanya punya kios kecil, bukan percetakan. Dan saya sama sekali tidak pernah terlibat dalam urusan ijazah siapa pun, termasuk Jokowi,” ujarnya.
Seiring waktu, nama Paiman Raharjo mulai dikenal lebih luas berkat perannya di masyarakat. Latar belakangnya yang berasal dari bawah membuatnya dekat dengan rakyat kecil, sementara posisinya sebagai akademisi memberinya wibawa intelektual. Kombinasi ini menjadi modal sosial berharga ketika Paiman memasuki ranah politik melalui jalur non-struktural.
Kiprah politik Paiman bermula dari gerakan relawan, di mana ia aktif mendukung Joko Widodo sejak masa awal karier politik Jokowi. Berbekal idealisme perubahan, Paiman terjun sebagai relawan “Sedulur Jokowi”, jaringan sukarelawan pendukung Jokowi yang terbentuk sejak Jokowi maju di Pilgub DKI Jakarta 2012.
Bahkan pada Pemilu Presiden 2019, Paiman didaulat menjadi Ketua Umum Relawan Sedulur Jokowi, memimpin barisan sukarelawan untuk pemenangan Jokowi di tingkat nasional. Peran tersebut kian mengokohkan posisinya sebagai loyalis Jokowi di luar struktur partai.
BACA JUGA:Ini Bahaya Kamar Tidur yang Lembab, Sumber Penyakit Pernapasan!
Antara Balas Jasa dan Badai Kontroversi
Keterlibatan Paiman dalam tim relawan Jokowi membuka babak baru dalam hidupnya. Kedekatannya dengan Jokowi terbangun melalui perjuangan bersama di akar rumput. Paiman kerap berada di garis depan gerakan relawan Jokowi, menjalin hubungan personal maupun profesional dengan lingkaran Jokowi. Berkat rekam jejak kesetiaannya, Paiman mulai dipercaya mengemban jabatan publik di era pemerintahan Jokowi. Ia pernah masuk dalam jajaran komisaris BUMN dan BUMD.
Tercatat Paiman pernah menjabat komisaris di PT Perusahaan Gas Negara (Persero)serta di PT Food Station Tjipinang Jaya milik Pemprov DKI Jakarta. Puncaknya, pada 17 Juli 2023 Jokowi melantik Paiman Raharjo sebagai Wakil Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Wamendes PDTT) dalam Kabinet Indonesia Maju. Paiman mengisi posisi Wamendes sisa periode 2019–2024 menggantikan Budi Arie Setiadi (yang kala itu dipercaya Jokowi menjadi Menkominfo). Dengan jabatan Wakil Menteri Desa 2023–2024 tersebut, nama Paiman resmi masuk jajaran elite birokrasi pemerintahan.
Pengangkatan relawan menjadi pejabat tinggi ini tentu tak lepas dari anggapan balas jasa atas dukungannya kepada Jokowi selama ini. Rismon Sianipar, pakar digital forensik yang getol menyoroti kasus ijazah Jokowi, bahkan secara terbuka mengaitkan kenaikan pangkat Paiman dengan “jasanya” kepada sang Presiden. Ia menantang aparat kepolisian untuk memeriksa Paiman Raharjo, seraya menyindir “lompatan kuantum kariernya menjadi komisaris dan wakil menteri” seolah mustahil tanpa imbal balik atas suatu bantuan besar kepada Jokowi.
BACA JUGA:Ini Desa Wisata Terbaik di Dunia, Berasal dari Indonesia Lho!
Singkatnya, ada dugaan bahwa loyalitas Paiman dalam tim relawan berbuah posisi strategis di pemerintahan, sebuah tuduhan balas budi politik yang mulai merembet ketika isu ijazah palsu mencuat.
Isu ijazah Jokowi diduga palsu inilah yang menyeret nama Paiman Raharjo ke pusaran kontroversi nasional. Semua bermula dari klaim seorang kader senior PDIP, Beathor Suryadi, pada pertengahan 2023. Beathor secara mengejutkan menyatakan telah menemukan titik terang atas polemik ijazah Jokowi yang dipertanyakan sejumlah pihak.
Ia menuding ijazah Jokowi dicetak ulang di kawasan Pasar Pramuka, Jakarta, menjelang kontestasi Pilkada DKI 2012. Tuduhan ini mengarah pada Paiman sebagai tokoh sentral yang diduga memfasilitasi pencetakan dokumen tersebut, mengingat Paiman pernah punya kios jasa pengetikan dan fotokopi di Pasar Pramuka pada era itu. Kabar ini segera menyebar luas dan melahirkan istilah nyeleneh “Universitas Pasar Pramuka (UPP)”, seolah-olah Jokowi memperoleh ijazah dari “kampus” fiktif di pasar tersebut.
Bagi Paiman, tudingan itu ibarat petir di siang bolong. Namanya yang semula jarang dikenal publik umum, tiba-tiba dikaitkan dengan konspirasi pemalsuan ijazah orang nomor satu di negeri. Paiman langsung membantah keras tuduhan tersebut. Sambil bersumpah atas nama Tuhan, ia menegaskan “demi Allah sumpah mati, enggak pernah bikin ijazah Jokowi”, seraya mengungkapkan latar belakang dirinya yang hanya orang kecil lulusan SMP yang berjuang susah payah sampai bisa sukses.
Menurut Paiman, isu itu sangat menzalimi dirinya. Ia menjelaskan memang benar ia pernah membuka usaha fotokopi di pojokan Pasar Pramuka, namun usaha itu skala kecil dan sudah tutup sejak tahun 2002 ketika ia fokus menjadi dosen. “Saya hanya punya kios fotokopi kecil dan tidak kenal siapa pun yang disebut-sebut dalam tuduhan. Tidak pernah tahu-menahu soal praktik ilegal seperti pemalsuan ijazah,” ujarnya membela diri.
Tuduhan ijazah palsu ini jelas membuat posisi Paiman serba sulit. Sebagai figur relawan Jokowi sekaligus pejabat publik, ia berada di posisi dilematis. Di satu sisi ingin membela nama baik Jokowi, namun di sisi lain namanya sendiri dipersoalkan integritasnya. Paiman mengaku terpukul secara pribadi. Ia curhat bahwa keluarganya ikut menanggung malu atas isu yang belum terbukti itu – bahkan salah satu anaknya sampai enggan masuk sekolah karena tekanan sosial dan cibiran di media sosia.
Seiring bergulirnya polemik, sejumlah tokoh oposisi Jokowi kian vokal mengaitkan Paiman dengan kasus ijazah. Mantan Menpora Roy Suryo, yang getol mengusut keaslian ijazah Jokowi, bahkan mengaku mendapat pesan WhatsApp pribadi dari Paiman pada 6 Mei 2025 yang bernada “mengintimidasi”. Roy Suryo membeberkan isi chat tersebut, di mana Paiman meminta Roy berhenti mengulik soal ijazah Jokowi dan “minta maaf saja” demi kebaikan keluarga.
BACA JUGA:5 Kartun Edukasi yang Cocok Ditonton Anak-Anak, Si Kecil Jadi Anteng!
Saran bernada personal itu ditafsirkan Roy sebagai tekanan agar ia tutup mulut. “Kalimat terakhirnya, ‘jadi saran saya minta maaf saja, Mas. ... agar ke depannya Mas dan keluarga hidup damai’,” kata Roy menirukan pesan dari Paiman, yang bahkan mencantumkan nama lengkap di akhir pesan.
Roy menyebut banyak netizen mendesaknya melaporkan Paiman ke polisi atas dugaan intimidasi, namun ia mengaku enggan memidanakan Paiman. Di lain pihak, Paiman membantah berniat mengancam Roy. Ia berdalih dirinya hanya berusaha meredam kegaduhan publik yang timbul akibat isu ijazah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News