Para Ahli Dunia Masih Mencari Penyebab Kecelakaan Penerbangan Air India 171

Pesawat Boeing 787 Dreamliner milik Air India bernomor penerbangan 171 mengalami kecelakaan tragis tak lama setelah lepas landas dari Bandara Ahmedabad, Gujarat-REUTERS-REUTERS
POSTINGNEWS.ID - Pesawat Boeing 787 Dreamliner milik Air India dengan nomor penerbangan 171 mengalami kecelakaan tragis tak lama setelah lepas landas dari Bandara Ahmedabad, Gujarat.
Pesawat tersebut membawa total 242 penumpang, termasuk 53 warga Inggris. Rekaman yang beredar menunjukkan pesawat menukik tajam ke kawasan pemukiman, sebelum akhirnya meledak dan menewaskan hampir semua penumpang, karena beriota terbaru menyebutkan bahwa tim penyelamat menemukan 1 orang yang masih hidup.
Sejumlah pakar mulai mengemukakan berbagai kemungkinan penyebab insiden tersebut. Dugaan awal mengarah pada gangguan mendadak seperti perubahan arah angin yang ekstrem atau tabrakan burung yang mungkin merusak kedua mesin secara bersamaan.
BACA JUGA:Anomali Berbahaya! Apa Bedanya Kartun Anak dan Konten Anomali AI?
Tapi, para ahli merasa heran karena pesawat itu jatuh ketika masih terbang rendah dan dalam kondisi cuaca yang tampaknya normal. Cerah.
Profesor Paul Williams, ahli ilmu atmosfer dari Universitas Reading, menyatakan bahwa saat pesawat lepas landas, cuaca di area bandara dalam kondisi baik.
"Langit di Ahmedabad cerah dan kering dengan suhu sekitar 40°C. Angin bertiup pelan dari arah barat, jarak pandang juga bagus. Tidak ada tanda-tanda cuaca buruk. Untuk saat ini, tidak ada bukti yang mengarah pada gangguan cuaca seperti turbulensi sebagai penyebab jatuhnya pesawat," jelasnya.
Sementara itu, Profesor John McDermid dari Universitas York menyebut insiden ini sangat mengejutkan karena terjadi sebelum pesawat mencapai ketinggian 200 meter.
"Biasanya, jika terjadi masalah saat lepas landas, pilot masih bisa membatalkan prosesnya. Jadi, kelihatannya gangguan muncul secara tiba-tiba di fase akhir akselerasi atau sesaat setelah mengudara, dan cukup parah hingga tidak bisa dikendalikan. Ini benar-benar kecelakaan yang mengagetkan," ujarnya seperti ditulis Daily Mail.
Pendapat juga dikemukakan Letnan Kolonel John R. Davidson, mantan pilot Angkatan Udara AS sekaligus konsultan keselamatan penerbangan. Ia menyebut bahwa pesawat memang telah mencapai kecepatan untuk terbang, namun gagal mencapai ketinggian optimal.
“Beberapa skenario bisa jadi penyebabnya, seperti masalah pada mesin atau daya dorong. Termasuk bobot pesawat yang melebihi kapasitas, konfigurasi flap atau trim yang salah, atau bahkan kerusakan besar yang memengaruhi kemampuan pesawat untuk menanjak,” terangnya.
Kapten Saurabh Bhatnagar, mantan pilot senior di India, juga menambahkan bahwa faktor-faktor seperti cuaca, angin mendadak, atau tabrakan dengan burung masih mungkin terjadi di tahap awal investigasi.
Menurutnya, kemungkinan besar tabrakan burung yang terjadi lebih dari sekali dapat menyebabkan hilangnya tenaga pada kedua mesin.
BACA JUGA:BBTF Buka Pintu Pariwisata Indonesia Lebih Mendunia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News