Apa Lagi Sih? Sri Mulyani Beri Kabar Buruk untuk Ekonomi Indonesia

Apa Lagi Sih? Sri Mulyani Beri Kabar Buruk untuk Ekonomi Indonesia

Rupiah Ambruk ke Rp16 Ribu, Sri Mulyani Nggak Kaget-@smindrawati-Instagram

POSTINGNEWS.ID - Kabar tak sedap kini datang lagi kepada Indonesia. Dan kali ini, datang dari salah satu orang yang paling bisa dipercaya di negerin ini. Dia adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Sri Mulyani dalam rapat paripurna DPR RI ke-18 Masa Persidangan III, Selasa (20/5/2025) mengungkapkan kondisi dunia akan terus dibayangi ketidakpastian. Hal ini ada karena persaingan dan perang ekonomi, perang dagang, hingga perang militer antar negara.

Ia menyebut bahwa perang dagang yang eskalatif dan ketidakpastian arah kebijakan ekonomi dunia ke depan telah memperburuk situasi perekonomian dunia yang sudah rapuh sejak awal tahun.

BACA JUGA:Dualisme Pimpinan Persatuan Wartawan Indonesia Segera Disudahi Melalui Kongres Persatuan

Jika dibandingkan dengan data di triwulan yang sama tahun lalu, beberapa negara sudah mulai mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi di triwulan I tahun ini.

"Korea Selatan mengalami kontraksi 0,1% year on year, ini adalah pertama kali sejak COVID tahun 2020 terjadi. Malaysia yang pada triwulan IV-2024 sempat tumbuh 4,9%, pada triwulan I-2025 hanya tumbuh 4,4%. Singapura yang menjadi hub dari perdagangan dan investasi global mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan dari triwulan sebelumnya tumbuh 5% menjadi hanya 3,8% year on year," rinci Sri Mulyani.

Di hadapaan anggota DPR RI, Sri Mulyani menyebut bahwa globalisasi dan semangat kerja sama antar negara telah berubah menjadi fragmentasi dan persaingan sengit di segala hal.

Blok kesepakatan perdagangan dan investasi yang dibangun antar negara disebut telah ditinggalkan dan tidak lagi dihormati.

"Proteksionisme dan orientasi inward looking serta prinsip my country first telah mengancam dan menghancurkan kerja sama bilateral dan multilateral yang merupakan tatanan global sejak pasca Perang Dunia II yang dibangun dan dominasi oleh negara-negara Barat dalam hal ini Amerika Serikat," tuturnya.

BACA JUGA:Pelatih China Branko Ivankovic Ejek Timnas Indonesia: Bukan Tim Kuat secara Tradisional

Keadaan ini kemudian memunculkan gangguan rantai pasok global yang menjadi andalan dan fondasi bagi sistem ekonomi.

Volatilitas dan ketidakpastian global ini turut melemahkan kegiatan ekspor-impor, serta mendorong aliran modal keluar (capital outflow) yang pada gilirannya mengancam stabilitas nilai tukar, meningkatkan tekanan inflasi dan menyebabkan suku bunga global tetap tinggi.

Terkait kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengingatkan Sri Mulyani pada kondisi 125 tahun lalu.

Dalam kondisi ini, peran Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang diciptakan sebagai tempat negosiasi dispute/persengketaan dagang antar negara secara de facto disebut tidak berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News