Ancam Hajar Negara Barat dan Ukraina dengan Senjata Nuklir, Peneliti Sebut Rusia Cuma 'Gertak Sambel'

Ancam Hajar Negara Barat dan Ukraina dengan Senjata Nuklir, Peneliti Sebut Rusia Cuma 'Gertak Sambel'

Intercontinental Ballistic Missile (ICBM) milik Rusia yang mampu membawa hulu ledak nuklir.-Istimewa-

JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menekankan bahwa alasan Rusia memiliki senjata nuklir adalah untuk melindungi diri dari ancaman keamanan.
 
Lavrov juga mengingatkan Barat tentang risiko perang nuklir.
 
Lavrov mengatakan bahwa kepemilikan senjata nuklir adalah respons satu-satunya yang memungkinkan terhadap ancaman dari luar terhadap keamanan negara.
 
Ia mengkritik tindakan AS dan NATO yang berpotensi memicu konfrontasi langsung antara negara-negara pemilik senjata nuklir.
 
 
Dia mengimbau agar perkembangan semacam itu dihindari.
 
Rusia juga mengklaim mengirimkan sinyal tersebut dengan maksud menyadarkan pihak lain akan risiko politik dan militer yang saat ini naik tensi.
 
"Sinyal (ancaman) ini adalah untuk menyadarkan mereka (Barat dan NATO),’’ kata Lavrov, Sabtu (19/8) kemarin.
 
Pernyataan ini menjadi respons terbaru dari pejabat Rusia mengenai senjata nuklir, khususnya sejak invasi Rusia ke Ukraina.
 
 
Sebelumnya, Rusia telah beberapa kali mengancam menggunakan senjata nuklir.
 
Presiden Belarusia, Alexander Lukashenko, juga mengancam akan menggunakan senjata nuklir yang ditempatkan oleh Rusia di negaranya jika menghadapi agresi dari luar.
 
"Kami akan segera membalas serangan itu dengan segala yang kami miliki,’’ gertak Lukashenko.
 
Namun, beberapa analis berpendapat bahwa retorika perang nuklir Rusia hanyalah sebuah gertakan psikologis.
 
 
Lebih lanjut, Institute for the Study of War menilai bahwa pernyataan-pernyataan mengenai ancaman dan doktrin nuklir Rusia lebih ditujukan untuk menciptakan ketegangan di Ukraina dan di antara negara-negara pendukungnya.
 
Rusia sejatinya tidak bermaksud untuk menggunakan senjata nuklir tersebut.
 
"Doktrin nuklir (Rusia) adalah bagian dari operasi informasi yang bertujuan menggentarkan Ukraina dan Barat," ungkap lembaga tersebut.

Temukan konten Postingnews.Id menarik lainnya di Google News

Sumber: