Joe Biden kembali memberikan Bantuan Militer ke Ukraina sebesar Rp 6 Triliun|ilustrasi|
JAKARTA, POSTINGNEWS.ID - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dikabarkan telah kembali menandatangani paket bantuan militer ke Ukraina senilai 400 dolar AS juta atau setara Rp 6 triliun.
Ya, paket bantuan militer tersebut di antaranya empat unit sistem roket mobilitas tinggi (high mobility artillery rocket systems/HIMARS) dan amunisi.
Bantuan baru AS dimaksudkan untuk mendukung Ukraina saat menghadapi serangan berat artileri Rusia.
Sejak invasi 24 Februari, pasukan Rusia telah menguasai sebagian besar wilayah di sisi selatan Ukraina di atas Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014.
BACA JUGA:Alasan Daging Kurban Gak Boleh Dicuci, Simak Penjelasannya
Rusia perlahan-lahan mendorong pasukan Ukraina keluar dari dua wilayah pemberontak yang didukung Rusia di Ukraina timur yang telah diakui sebagai negara merdeka.
Seorang pejabat senior pertahanan AS, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan HIMARS tambahan akan membuat jumlah total sistem ini menjadi 12.
“Ukraina sekarang telah berhasil menyerang lokasi Rusia di Ukraina, lebih dalam di belakang garis depan dan mengganggu kemampuan Rusia untuk melakukan operasi artileri itu,” kata pejabat itu seperti dikutip Reuters, Sabtu 9 Juli 2022.
"Semua HIMARS yang diberikan ke Ukraina diperhitungkan setelah kementerian pertahanan Rusia awal pekan ini mengatakan telah menghancurkan dua sistem HIMARS dan gudang amunisi mereka di Ukraina timur," sambungnya.
"Ukraina sejauh ini belum menggunakan sistem HIMARS untuk menyerang di luar Ukraina, tambah pejabat itu.
BACA JUGA:Luapan Kekesalan Dewi Perssik, Singgung Soal Kerjaan Suami yang Hanya Tidur
Paket senjata terbaru juga mencakup amunisi yang lebih tepat untuk sistem artileri howitzer, yang tersedia untuk militer AS tetapi belum diberikan ke Kyiv.
Ribuan orang telah tewas di Ukraina dan jutaan mengungsi sejak invasi Rusia, yang Moskow sebut operasi militer khusus untuk melucuti senjata dan "denazifikasi" Ukraina.
"Ketika Amerika Serikat dan sekutunya memberi Ukraina senjata yang semakin canggih, Washington telah mengadakan diskusi dengan Kyiv tentang bahaya eskalasi jika menyerang jauh di dalam Rusia," pungkasnya.