Termasuk tahapan, mekanisme, metode seleksi, dan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta saat mereka menjalani tes ideologi.
Panglima pada pertemuan yang sama juga memerintahkan Panitia Seleksi tidak lagi memasukkan pemeriksaan postur tubuh dalam tahapan tes kesamaptaan, karena itu telah ada di pemeriksaan kesehatan.
“Yang pemeriksaan postur tubuh bukannya sudah ada di kesehatan? Kita jangan menduplikasi padahal kita bukan orang kesehatan,” terang Andika.
Dengan demikian, tes kesamaptaan tidak perlu lagi memasukkan pemeriksaan postur tubuh dan ujian renang.
+++++
Karena tidak semua calon prajurit memiliki akses ke kolam renang atau tempat untuk belajar berenang. “Tidak fair (jika ada ujian berenang),” tukas Andika.
BACA JUGA:Harga BBM Shell Kembali Naik Rp 16 Ribu per Liter, Simak Rinciannya...
BACA JUGA:Pemerintah Pastikan Tak Ada Penyekatan Kendaraan pada Mudik Lebaran
Kemudian, Panglima juga meminta Panitia Seleksi mengambil skor akademik dari transkrip nilai ijazah calon prajurit. Dengan demikian, Andika meminta tes akademik pun dihapus dari tahapan seleksi.
“Menurut saya tes akademik ini tinggal ambil saja IPK (indeks prestasi kumulatif) dan transkripnya, karena bagi saya yang lebih penting ijazahnya saja. Tidak usah lagi ada tes akademik,” urainya.
Keturunan PKI boleh masuk TNI tolong ya keturunan disini maksudnya bukan Anak bisa Cucu bahkan Buyut tapi Ideologi/Ajaran Komunis tegas dilarang sudah benar Pak Jenderal TNI AD Andika Panglima TNI gitu saja kok repot daripada ngaku Cucu Nabi kelakuan melebihi PKI MERDEKA????????????????????.
— Ruhut Sitompul (@ruhutsitompul) April 1, 2022
Di pengujung rapat, Panglima meminta jajarannya memperbaiki mekanisme seleksi sebagaimana instruksi yang telah diberikan.
Berbagai perbaikan dan perubahan itu, lanjut Panglima, merupakan cara menjadikan tahapan seleksi Prajurit TNI 2022 berjalan lebih efektif, efisien, dan berkeadilan.